Senin, 25 Desember 2017

JANGAN SIA-SIAKAN HIDUP

Ingatlah lima perkara, sebelum datang lima perkara. Ingatlah akan sehat mu, sebelum datang sakit muPergunakan waktu luang mu sebelum datangkesempitanpergunakanlah masa muda mu sebelum datang saat tua mu,pergunakanlah masa kaya mu sebelum kemiskinan datang…dan manfat’atkan hidupmu sebelum kematian datang. .(Nabi Muhammad SAW)
Maha Suci Allah, yang menggenggam hidup kita, tak satupun makhluk yang menghuni jagat raya ini yang lepas dari pengamatan, pendengaran, penglihatan Dia, yang Maha Gagah lagi Maha Perkasa.
Sesungguhnya kita telah sering melalaikan tugas kita selaku seorang hamba kepada al Kholiq yakni‘ibadah. Betapa tidak, sangatlah sering kita menyia-nyiakan hidup yang hanya sekedar mampir ini, sangatlah sering kita menyia-nyiakan kesempatan yang berikan berupa kesempatan untuk merasakan kesehatan, menikmatan luangnya waktu, nindahnya masa muda, kesempatan memiliki harta, dan kesempatan menikmati hidup…kita bahkan jarang memikirkan bahwa kesempatan-kesempatan itu hanyalah sekedar mampir sebentar, dan tidaklah mustahil akan berubah menjadi sakit yang berkepanjangan, kesempitan yang menghimpit, masa tua renta yang terhinakan, kemiskinan yang menyesakkan dada, dan kematian yang berujung dengan penyesalan yang teramat panjang.
Maka orang yang sangat menjaga kesempatan ini adalah orang yang meyakini akan akhirnya suatu hidup, yang yakin akan ke fanaan makhluk, dan ketidak abadian insan yang selalu lemah dan tak berdaya melawan ketuaan, yang lemah tak berdaya melawan kefakiran, yang lemah tak berdaya melawan sakaratul mautsehingga akan berusaha sekuat tenaga agar amanah berupa kesempatan-kesempatan itu terpelihara manfa’atnya.
Kita umumnya sering beranggapan bahwa hidup ini adalah segalanya, sehingga lupa akan hari akhir yang sangat akan menyita perhatian, yang akan berakhir dengan penyesalan yang panjang, bila kita tidak benar-benar mempersiapkan diri untuk berusaha agar hidup ini tidak sia-sia, bukankah hidup yang didambakan kita adalah hidup yang berkah di dunia dan berkah di akhirat? oleh sebab itu keyakinan yeng teguh dan keimanan yang istiqomah akan menjadi modal kita untuk berusaha mempersembahkan hidup yang terbaik dan tidak sia-sia.
Yang pertama kita harus berusaha agar keyakinan akan tidak pernah luntur barang setitikpun, keyakinan akan Dzat Nya, keyakinan akan sifat Nya, sehingga orang yang sudah memiliki tingkat keyakinan seperti ini akan selalu tampil dengan penuh tawadlu, rendah hati, tidak memandang remeh orang lain tidak hubbud dunya karohiyyatul mauut, cinta dunia dan takut mati, karena dia yakin akan balasan bagi orang yang senantiasa menjaga budi pekerti, dan akan senantiasa dicintai bagi orang yang selalu menjaga akhlaq dimanapun dia berada , ketika dia diamanhi harta , karena dia tidak mencintai dunia secara berlebihan maka dia akan qona’ah, tidak serakah dan selalu berbagi dengan sesama pada akhirnya dia akan Waro, berhati-hati terhadap sesuatu yang dianggapnya akan merusak keyakinannnya kepada , sehingga pada dirinya akan muncul perisai berupa syukur bila memperoleh apapun kenikmatan dan shabar bila mendapat apapun ujian .
Kedua, orang yang tidak akan sia-sia hidupnya adalah yang tidak ingin hidup ini berlalu begitu saja, sehingga seluruh desah nafas, setiap darah mengalir di nadi dan selama detak jantungnya masih berfungsi , dia akan berusaha agar beramal sholeh, menebar kasih sayang kepada sesama, menanam kebaikan bagi siapapun juga , dan berusaha untuk tidak menjadi beban, berusaha untuk tampil sebagai pemecah masalah bagi setiap persoalan yang ada, tidak malah menjadi sumber masalah….
Ketiga, bila keyakinan telah terpatri di dada kita, sehingga sebagai tumpuan, sebagai tujuan, dan syukur sebagai perisai dari kesombongan dan shabar sebagai pijakan dari keputusasaan, maka orang yang tidak akan menyia-nyiakan hidupnya adalah orang yang selalu bersemangat menyebar nasihat , berusaha mensyiarkan kebaikan dengan cara hikmah dan bijaksana . Bibir senantiasa berdzikir, lidah fasih berdakwah, lisan menyuarakan kebenaran dan berusaha menyampaikan yang haq dan mengajak semua orang berbuat yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran. Orang yang sisa hidupnya dipergunakan bagi sebanyak banyaknya umat, akan senantiasa bersemangat untuk bersaudara bagi siapa saja, bersemangat untuk solusi bagi setiap permasalahan, dan bersemangat untuk maju bersama-sama.
Sesungguhnyalah orang yang beriman yang senantiasa beramal shaleh, yang saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaranlah yang tidak rugi dan selalu mendapat tempat di sisi, dan akan menikmati jamuan Nya di akhirat kelak buah amal yang tidak sia-sia dan melalui hidupnya dengan penuh manfat’at bagi sebanyak-banyaknya umat, dan penuh kebaikan bagi sebanyak-banyaknya orang, penuh ketakutan akan tidak mashlahat hidupnyapenuh kekhawatiran jika amalnya berbuah penyesalan di akhirat kelak.
Semoga kita senantiasa terpelihara sebagai orang yang tidak melalaikan hidup ini, dan dicatat sebagai makhluk yang tidak tersia-siakan hidupnya di akhirat kelak akibat dari amal yang sia-sia dan tidak bermanfa’at. Amin(khutbah Jum’at #adhycimahi2017)

INDAHNYA CINTA RASULULLAH (Seri Pendidikan Karakter Ala Rasulullah)


Rabi’ul awwal, sudah tiba. Bulan dengan berjuta perasaan kita ungkapkan dalam shalawat, kehormatan dan salam, kepada jungjunan alam, Nabi Agung Muhammad saw., yang seluruh jiwa dan raganya dipersembahkan untuk umat manusia. Semoga ucapan sholawat kita, tutur salam kita, terpatri pada panji kenabian di akhirat kelak. Aamiin.
Kemuliaan Baginda Rasul Muhammad saw., tentu tak terkirakan, Beliau memang manusia, tetapi sangat berbeda dengan umumnya manusia. Salah satu perbedaannya adalah beliau selalu ikut bersedih bila melihat kesengsaraan di depan mata, dan beliau tampak bahagia manakala menyaksikan kebahagiaan dirasakan umatnya. Sangat jauh berbeda dengan kita, yang terkadang senang melihat orang susah, dan susah sekali manakala melihat orang senang. berhati-hatilah, ini salah satu ciri kedengkian sudah merasuk di dalam dada kita.
Rasululloh saw. tidak pernah dengki, tidak pernah hasud,sehingga wajahnya terpancar kejujuran dan keikhlasan dalam setiap amal, yang berbuah al amin, terpercaya dalam segala hal. Langkah hidupnya tegap penuh optimis, tidak pesimis yang terangkum dalamzuhud, kesungguhan dalam memperbaiki diri demi kebaikan dan kebaikan setiap harinya. Baginda Rasul selalu tampil dalam kesahajaan dibalik kemegahan kharismanya yang mencuat ke seantero jagat raya. Jubahnya adalah takwa, terompahnya adalah rel-rel haq, mahkotanya adalah ‘ilmu pengetahuan yang senantiasa digali sepanjang hayat, tangan kanan memegang hukum al Kholik, Pencipta alam semesta, tangan kiri memegang timbanganmizan keadilan, yang senantiasa berpihak pada yang lemah dan tegas pada aturan yang ditetapkan dalam al Qur’an dan sunnahnya, di dadanya terpatri keyakinan yang kuat akan kemenangan pasti berpihak pada kebenaran, di matanya terpancar sinar kelembutan jauh dari tatapan sinis memvonis, telinganya senantiasa diupayakan mendengar jeritan umat yang haus akan kebenaran sehingga berbuah lisan berucap nasihat hikmah penuh dengan kebijaksanaan disetiap tutur katanya.
Baginda Rasul saw., yang berdasarkan ahli tarikh yang masyhur, lahir hari senin tanggal 12 Rabi’ul awwal tahun Gajah, atau bertepatan dengan 20 April 571 M, adalah sosok pejuang kemanusiaan, yang hidup penuh dengan perjuangan, berjuang melawan kemiskinan akibat keadaannya yang yatim piatu, berjuang melawan arus adat istiadat yang rusak, berjuang mempertahankan aqidahmillata Ibrahim melawan jahiliyah yang mempertuhankan berhala sebagai perantara menghadap Allah. Beliau saw., juga senantiasa berjuang menjadi sosok manusia yang tidak menjadi beban dalam setiap keadaan, dan senantiasa berkeinginan menjadi solusi dalam setiap permasalahan. Kita hafal riwayatnya, ketika baginda menjadi sosok pemersatu yang menengahi pertikaian dalam kasus peletakan hajar Aswad, yang memberinya kedudukan sebagai al Amiin, terpercaya. Tidak pernah ada gelar yang diberikan kepada tokoh kuat dunia saat itu dan sesudahnya, sebagai orang yang tak pernah berdusta, tak pernah dengki, jauh dari penyakit hati lainnya, kecuali kepada sosok Muhammad saw. Maka tak heran dalam kurun kurang dari 23 tahun masyarakat Arab khusunya, dan dunia umumnya diubahnya menjadi wajah dunia yang gemerlap kembali, terang benderang, disinari cahaya Illahi yang sebelumnya meredup akibat kebodohan umat manusia. Ilmu pengetahuan kembali digali, sebagai syarat mutlak hidup menjadi terang benderang, dan Islam tampil sebagai pemersatu dan penyelamat kehancuran dunia, peradaban manusia pun menemukan jati dirinya, dimana manusia ditempatkan sebagai “manusia” yang karena ketakwaannya menjadi lebih mulia dibandingkan makhluk lainnya dihadapan Allah, Sang Pencipta alam raya. Apabila sebelumnya genderperempuan sebagai warga kelas dua, bahkan aib bagi setiap keluarga, maka Islam tampil dengan spirit baginda Rasul saw., menempatkannya sebagai makhluk penuh dengan kemuliaan sebagai penerus ganerasi umat manusia. Dalam beberapa riwayat dengan tegas bahwa “Ibu” disebut beliau lebih banyak ketimbang bapak sebagai bukti penempatan kaum hawa yang mulia.
Maka barangsiapa yang mengaku umat Rasul Muhammad saw., hendaklah kita meneladani akhlak beliau yang mulia, dengan selalu berkata dengan perbuatan, berbuat dengan penuh keikhlasan sebagai pancaran hati orang beriman, bertutur kata yang mulia atau diam, selalu berjuang menegakkan kebenaran walau pahit dirasakan, selalu memuliakan tamu, menghormati tetangga, mengangkat harkat ayah bunda, menyayangi saudara seiman seperti layaknya saudara kandung, bertekad tidak menjadi beban, berusaha menjadi suri tauladan dalam setiap keadaan , selalu memiliki kepekaan dan kepedulian kepada semua makhluk Alloh.
Sesungguhnya cintanya Rasul saw., kepada kita tak pernah berhenti, bahkan menjelang wafatnya sekalipun, bibirnya yang mulia berucap ummati, ummati, ummati, disebutnya sebagai bukti kecintaannya kepada kita.
Kini 14 abad lebih telah berlalu, bukti kecintaannya kepada kita kian terasa, dengan masih diberinya kita kesempatan untuk merasakan karunia Allah, berupa rahmat dan kasih sayang Nya, sebagai buah do’a baginda Rasul yang menitipkan ummatnya kepada Pemilik dan Pemelihara makhluk, yakni Allah, untuk diampuni dosanya sejauh tidak musrik, diberi penangkal bala bagi yang rajin sedekah, diberi kemuliaan hidup bagi pelanggeng silaturrahmi, diberi kebarokahan rizki bagi para pencinta anak yatim, diberi jaminan hidup bagi para pemakmur “rumah Allah”, masjid, diberi keturunan shalih-shalihah, dan penerang hati bagi para pencinta ‘ilmu dan ‘ulama, diberi keselamatan dari adzab kubur bagi para pembaca kitab suci al Qur’an, diberi kemudahan berikhtiar bagi para pembayar zakat, diberi kedudukan yang mulia di sisi makhluk dan khalik bagi para pemegang hukum Allah dan Rasul Nya, dan berjuta do’a beliau saw., untuk kita ummatnya.
Maka bagi kita yang sejak kecil ditanamkan kecintaan kepada Rasululloh saw., lewat shalawat, hendaklah tetap mendawamkannya sebagai salah satu bukti pengakuan kita selaku umat beliau saw.
Selanjutnya mengaplikasikan akhlaqRasul saw., tersebut dalam kehidupan keluarga, lingkungan kerja, masyarakat dan dimanapun kita berada.
Sesungguhnya, hanya orang yang berjuang untuk mencintai Rasulullah-lah yang akan lebih dicintainya kelak di akhirat. Mencintai Rasul saw., adalah dengan meneladani perilaku beliau, disetiap keadaan, mencintai ‘ilmu dan ‘ulama sebagai warisannya.
Barangsiapa terpatri di dadanya, kecintaan terhadap Rasulullh saw., maka terpatri pula nama kita di panji kenabian Baginda Muhammad saw, yang tercinta. Wallohu’alam.
(**Khutbah Jum’at Rabi’ul Awwal Cimahi . adhy 1439H**)

Rabu, 20 Desember 2017

INDAHNYA BENING HATI (Pendidikan Karakter Ala Rasullullah)

Hati yang dijaga dengan iman tentu akan berakibat lisan bertutur sopan, mata tertata dengan bersih penuh dengan kedamaian, tangan ringan membantu orang, kaki melangkah dengan ringan ke majelis-majelis ‘ilmu, dan seluruh hartanya barokah karena dia sedekahkan kepada orang yang membutuhkan. Alangkah indah hidup dengan hati yang bening, hati yang penuh dengan harapan akan kemuliaan di akhirat, dan hati yang penuh dengan harapan akan datangnya pertolongan Allah, pada hari dimana tidak berguna seluruhnya kecuali ketika menghadap Nya dengan hati bening.
Betapa indah ketika kita menyaksikan dua orang berjumpa dengan saling bertegur sapa, berjabat tangan, saling menyampaikan salam, mulut penuh senyuman, bibir senantiasa bergulir menyampaikan do’a, kepala mengangguk serta saling meng”iya”kan tanda penghormatan, tanpa menghinakan , dan berpisahnyapun penuh dengan harapan agar dapat bersua kembali dalam keadaan sejahtera selamanya.
Hal tersebut di atas, disadari sudah semakin jarang, menjadi hal yang langka, seiring perkembangan zaman yang menuntut kita lebih konsentrasi pada urusan duniawi, sehingga tak heran karena dikejar jam kerja, orang tua menjadi jarang bertutur sapa dengan anaknya, seorang suami menjadi jarang komunikasi dengan istrinya, sang ibu menjadi sangat jarang bercengkerama dengan putra-putrinya, dan para tetangga menjadi jarang silaturahmi karena kesibukan duniawinya, dan masjid-masjid menjadi kosong karena kita lebih sibuk menjaga harta, pangkat, jabatan, dan kedudukan, ketimbang megurus keperluan bekal akhirat.
Semuanya terjadi dikarenakan hati lebih terpaut pada urusan duniawi, ucapan salam terasa berat diucapkan karena hati kita tidak condong kepada makna keselamatan yang hakiki. Sesungguhnya sudah saatnya kita menyikapi semua itu dengan hati yang bening. Hati yang penuh dengan kepasrahan, hati yang penuh dengan pengharapan, agar kedamaian dan kesejahteraan akhirat dapat kita gapai.
Hati diibaratkan sebagai perahu yang berlayar dalam samudera jiwa yang luas, yang terapung dengan penuh kemegahan; Betapa tidak, di dalamnya penuh dengan cita-cita dan semangat yang menggelora dalam mengarungi samudera hidup, di dalamnya juga penuh dengan cinta, suka bahkan duka lara. Namun semuanya terkendalikan karena kebeningan hati dalam menyikapi berbagai permasalahan, dan lebih dikarenakan keyakinan yang kuat akan pertolongan dan petunjuk Allah yang Maha Perkasa.
Perahu hati ini dinakhodai oleh “Iman”, keyakinan, sehingga arah bahtera kehidupan pun terarah selaras dengan kompas Illahi menuju titik dermaga akhir hayat. Perahu hati ini melaju dengan dibantu oleh layar “’Ilmu” dan didorong oleh dayung amal shalih, makin banyak ‘amal shalih, makin cepat dia melaju dengan megahnya; Terkadang ‘amalnya pun menjadi assesoris yang indah yang menggelayuti setiap inci tubuhnya, kekayaan amal ini menjadi bekal yang teramat cukup menuju pelabuhan akhirat kelak.
Tidak jarang perahu hati yang mulia dan bening ini menemukan para pelaut yang terapung akibat perahu hati mereka karam karena kesombongan. Ditolongnya dengan penuh keikhlasan, karena rupanya perahu hati ini penuh dengan ‘ilmu terapi spiritual, yang mampu menyadarkan semua orang menuju ampunan Alloh, yang luasnya seluas langit dan bumi, tidak bertepi.
Begitulah, bila hati kita bersih maka segala pikiran akan jernih , semua permasalahan hidup dapat terangkat dan terselesaikan, bahkan arah hidup pun lebih terarah karena dipenuhi dengan prasangka baik kepada Allah, dan senantiasa yakin bahwa Allah akan senantiasa membimbing umatnya menuju suatu kebaikan. Jika dirasakan berat hidupnya, maka diyakininya bahwa semua itu adalah salah satu gelombang laut hidup yang terkadang besar dan terkadang hanya berupa riak belaka.
Sesungguhnya orang yang bening hatinya, dia akan menjadi jujur, dan senantiasa transparan dalam menyikapi semua keadaan, akan selalu menghormati dan memuliakan semua orang, karena dia selalu memandang orang sebagai makhluk yang harus saling menjaga, saling bantu, dan saling menyayangi. Bukankah baginda Rasul SAW, selalu menempatkan umatnya dengan tidak memandang suku bangsa, ras, dan meneaskan bahwa kemuliaan hanya terletak pada nilai takwa kepada Allah swt. Begitulah, orang yang bening hati tidak akan terjangkit penyakit yang menyesatkan , kesombongan dilemparkannya jauh-jauh dari kehidupannya, keserakahan akan harta haram disingkirkannya, bergunjing menjadi penyakit yang menakutkan, dan hasud menjadi barang terlarang. Orang yang bening hati pun akan senantiasa beramal dengan penuh keikhlasan, dan dengan perasaan takut kalau-kalau amalnya tidaklillahi ta’alaa
Memelihara kebeningan hati adalah suatu keharusan, agar hidup ini penuh dengan keridoan Allah swt. Diantara yang dapat memelihara kebeningan hati adalahdzikrullah, dzikir kepada Allah. Dzikir adalah upaya yang paling efektif untuk menjaga hati; baik lisan dan terutama perbuatan, dengan mengingat akan keberadaan Allah, dengan berbagai Kekuasaan Nya, Qudrat danIradatNya; akan senantiasa mengendalikan diri pada arah yang benar, bahwa kita akan mendapatkan konsekuensi atas segala amal yang kita lakukan di dunia ini, lewat pintu HisabNya dan Mizan Nya, perhitungan amal, dan timbangan amal, dihadapan Allah, Hakim yang seadil-adilnya.
Alangkah indah jika setiap relung jiwa ini dipenuhi dengan hati yang bening, yang setiap wajah dipenuhi dengan cahaya ikhlas, setiap amal tanpa pamrih, setiap keluarga yang kita jumpai penuh dengan suka cita, setiap berjumpa bertegur sapa, saling menyampaikan salam, saling mendo’akan, saling membantu, bertutur sopan, saling menyantuni. Hati yang demikian dapat digapai dengan hanya mengingat Alloh di setiap pagi, petang dan setiap nafas kita. “Alaa bidzikrillahi tathma’innul quluub...”hanya dengan mengingat Alloh lah hati kita akan tenang. (QS. As Syuara :88-89)
Akhirnya, pancaran hati yang bening berbias keikhlasan, kejujuran dan menebar keselamatan dan kedamaian, sebagaimana baginda Rasul SAW. yang membawa umat manusia ke zaman yang gemerlap dengan penuh perasaan sayang, buah dari kebeningan dan keikhlasan hati yang muncul dari jiwa manusia pencinta dzikir kepada Allah, dan buah amal manusia yang jujur akibat takutnya yang teramat sangat akan murka Allah yang ditimpakan kepada orang yang kotor hati. Wallahu’alam
(**Khutbah Jum’at cimahi .@ adhy 1439 H**)

INDAHNYA BERSAMA RASULULLAH (RENUNGAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW)

Rasululloh SAW membangun dunia dalam waktu kurang dari 23 tahun. Pada saat itu , wajah bumi demikian semrawutnya, sehingga yang salah menjadi rujukan, sementara kebenaran menjadi tabu. Rasululloh SAW berhasil mengembalikan kepada fitrahnya kembali. Yakni kebenaran harus menjadi pijakan dan kesalahan harus disingkirkan . Apa rahasia dibalik keberhasilan beliau?
Kita mafhum, wajah dunia pra Islam, adalah wajah yang penuh dengan bopeng, buruk tingkah laku penghuninya, serta rusak akhlak para pemimpin dan rakyatnya. Kemudian Rasululloh SAW. hadir dengan segala kesahajaannya. Dirubahnya bopeng dunia ini menjadi wajah yang indah, dimana para penghuninya selalu menebar senyum ketika bertemu, saling bertegur sapa jika berjumpa, berjabat tangan menjadi kebiasaan, sopan dalam pergaulan, santun dalam segala tingkah laku perbuatan, pada hal sebelumnya para penghuni dunia ini, penuh dengan kebencian bila tidak sepaham satu sama lain, saling dendam bila tak menemukan kata sepakat untuk berdamai, permusuhan antar suku menjadi tradisi, maksiat menjadi ta’biat, harta kekayaan menjadi dewa yang dipertuhankan, perbudakan merajalela, sehingga harga manusia jelata tak berarti sama sekali, dan anak perempuan adalah aib, sehingga bergelimpangan mayat-mayat anak perempuan tak berdosa. Namun Rasululloh SAW, dengan kekuatan keyakinannya yang kuat akan ke Maha Besar an Alloh, beliau membalikan keadaan semuanya menjadi wajah dunia yang aman, penuh dengan kedamaian, harkat dan martabat manusia kembali diangkat ditempatkan sesuai dengan fitrahnya, dihapuskannya perbudakan, dilenyapkannya dendam dan permusuhan antar suku, ditempatkannya manusia dengan tolok ukur ketakwaannya kepada Alloh.
Ada beberapa hal yang sangat berharga , yang patut kita telaah tentang keberhasilan Baginda rasululloh saw. dalam membangun bumi.
Pertama , Baginda Rasululloh, selalu menempatkan dirinya sebagai pelopor kebaikan, dimanapun beliau berada. Baginda tidak pernah meyuruh apapun kecuali beliau sendiri orang yang pertama melakukannya, padahal sebagai kepala negara, beliau memiliki wewenang dan kekuasaan untuk memerintah rakyat dan umatnya. Hal tersebut sering luput dari pengamatan kita. Ketika ditakdirkan memiliki kekuasaan, maka yang terbayang oleh kita adalah kekuatan untuk memerintah orang, kekuasaan untuk meyuruh orang, tidak pernah terbersit di benak kita untuk sekedar memberi contoh. Alhasil, manakala bawahan kita, atau orang yang disuruh tidak melakukan apa yang kita perintahkan, atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan, maka yang terjadi adalah kemarahan, ketidakpuasan dan kekecewaan, dan puncaknya adalah penghinaan kepada orang lain, yang sadar tidak sadar membuat orang lain terhina dan teraniaya.
Rasululloh SAW, senantiasa banyak berkata dengan perbuatan daripada berbuat dengan perkataan, sehingga umatnya senantiasa berlomba-lomba meniru kebaikan yang diwariskan oleh baginda saw.
Kedua, baginda Rasul, selalu berani mengakui kelebihan orang lain dalam kebajikan, sehingga tak henti-hentinya beliau memuji para sahabatnya yang senantiasa berlomba dalam meraih ridlo Alloh, dengan sabdanya:’ Ashabi kalnujum”, “sahabatku bagai bintang,” yang tidak hanya mampu menerangi diri sendiri, tetapi menjadi penerang bagi dunia yang gelap di malam hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebesar apapun gelar yang disandang beliau, setinggi apapun kedudukan beliau, tidak menghalangi untuk bisa memuji dan tidak merendahkan orang di bawahnya.
Ketiga, beliau SAW selalu bijak dalam menyikapi kekurangan orang lain, sehingga beliau tidak pernah meluncurkan cacian dan makian kepada musuh sekalipun, bahkan beliau senantiasa mendo’akan agar kaum yang memusuhinya diberikan Allah hidayah, karena keyakinan beliau bahwa mereka memusuhinya dikarenakan kebodohan akibat kegelapan hatinya tidak mau menerima kebenaran.
Allohumahdi qaumi fainnahum laa ya’lamun
Keempat, Rasululloh saw. senantiasa mampu melupakan sebesar apapun kesalahan yang dilakukan orang lain. Kita tahu, bagaimana sedih dan terpukulnya beliau menyaksikan gugurnyasayidina Hamzah ra. yang sangat beliau cintai di tangan seorang budak Abu Sofyan, yang bernama Wahsyi, namun ketika Wahsyi dan Abu Sofyan masuk Islam, dengan kebeningan hatinya, Rasulullah menerima dan mengampuninya serta melupakan kesalahan masa lalunya.
Hal-hal tersebut di atas adalah sebagian akhlak Rasulullah SAW, yang menjadi resep dalam membangun dunia ini, sehingga berubah dari kegelapan menjadi terang benderang seperti ini, minna zhulumati ilaa nuur.
Oleh karena itu, jika ingin merubah diri menjadi lebih baik dari hari kemarin, ingin menjadikan keluarga menjadi sakinah mawaddah warrohmah, ingin putra-putri menjadi shaleh shalihah, ingin istri atau suami menjadi suri tauladan keluarga, ingin merubah lingkungan kita menjadi lingkungan yang aman, tenteram, penuh dengan kedamaian, mulailah menempatkan diri kita menjadi pelopor segala kebaikan, senantiasa mampu berkata dengan perbuatan, dan mampu memberikan contoh keteladanan dalam segala hal.
Akhirnya, jika ingin hidup penuh dengan kemuliaan, keberkahan di sisa usia, diridloi segala amal perbuatan kita, maka mulailah berani mengakui kelebihan orang lain, karena dengan berani mengakui kelebihan orang, kita mendidik diri untuk tidak sombong, takabbur dan sikap meremehkan orang lain. Dan ketika hal tersebut tertanam di setiap dada kita, maka akan timbul keberanian untuk melupakan jasa diri, yang terasa adalah kekurangan-kekurangan dalam berbuat kebaikan, sehingga akan muncul keinginan untuk senantiasa berlomba dalam kebaikan dalam segala hal. Akibatnya, manakala keberanian mengakui kelebihan orang dan berani melupakan jasa diri sudah tampak pada diri kita, akan timbul sikap melupakan sebesar apapun kesalahan orang, dan selalu bijak terhadap kekurangan orang lain.
Wallahu’alam.
Sesungguhnya Rasululloh saw. telah mewariskan ‘ilmu-‘ilmu di atas sebagai resep hidup tenteram dan damai.. jauh dari kebencian, jauh dari dendam, jauh dari kedengkian...
Alangkah indahnya bila semua di atas dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, serasa indahnya berdampingan dengan kekasih kita semua, Rasululloh saw.Wallohu’alam.
(**Khutbah Jum’at Rabi'ul Awwal cimahi @ adhy 1439 H**)

GENERASI “EKSIS”

Fenomena zaman sekarang tentu saja tidak dapat dibandingkan dengan sepuluh, dua puluh atau bahkan tiga puluh tahun yang lalu, ketika generasi pada saat tersebut masih “steril” dari berbagai macam isu negatif dari “dunia luar”. Generasi pada tahun 70 an misalnya, pada saat itu nilai idealisme, nasionalisme, dan patriotisme masih kental melekat pada tubuh. Siapapun mengusik salah satu dari nilai tersebut, akan bangkitlah semangat dan daya juang untuk mempertahankannya. Penulis merasakan sendiri, ketika tim bulutangkis Indonesia dipermalukan negeri jiran dalam perebutan Thimas Cup di Jakarta pada awal 70 an, rasa nasionalisme terasa terusik dan hati terasa sakit menyaksikan peristiwa tersebut. Atau pada awal tahun 80 an bagaimana bangganya menyaksikan di layar kaca ketika pasuka khusus TNI berhasil menggagalkan upaya pembajakan para teroris di Bangkok. Juga, pada akhir 90 an, ketika menjadi bagian reformasi menggulingkan rezim Orba dan ikut menghantarkan para pemimpin era baru. Kesemuanya tidak terlepas dari tiga potensi di atas, idealisme, nasionalisme, dan patriotisme.
Waktu pun berlalu, dan masa telah berubah seiring berganti hari dan zaman pun melangkah pasti. Tidak sedikit diantara para pemerhati generasi terselip rasa pesimis menyimak kondisi generasi saat ini, idealisme mulai melemah, nasionalisme mulai luntur, dan patriotisme pun mulai lekang ditelan zaman. Namun, kini penulis menyaksikan satu ghirah,semangat luar biasa dari diri generasi sekarang ini. Secara bahasa tentu berubah, walaupun secara substatansi tetap tidak berubah. Generasi awal tahun 2000 an saat ini, penulis merasakan ada geliat positif. Idealisme, nasionalisme, dan patriotisme dikemas dalam bentuk terminologis baru yang edukatif, kreatif, selektif, inovatif, dan simpatik.
Edukatif, bermakna bahwa generasi sekarang sangat menjungjung tinggi pendidikan formal. Sekuat tenaga para orang tua berupaya menyekolahkan anak-anaknya untuk mencapai pendidikan setinggi mungkin. Terlepas dari niat dan tujuan mencapai tarap pendidikan yang tinggi, namun fenomena ini hendaklah dicermati sebagai bagian dari perubahan positif, setidaknya dengan memiliki pendidikan tinggi akan tercipta pola pikir yang lebih progresif dan selalu berupaya untuk memperbaiki taraf hidup lebih baik dari pada sebelumnya.
Kreatif, dapat diartikan sebagai prilaku positif dalam berkarya untuk menciptakan berbagai hasil yang bermanfaat. Saat ini, berbagai macam kreasi tersebar hampir ke semua pelosok daerah, dari kreasi yang sifatnya individu maupun massal, juga berbagai bidang kreasi, dari bidang ekonomi, sosial, budaya dan berbagai bidang lainnya. kreasi anak muda saat ini, dirasakan menambah khazanah maraknya berbagai karya anak bangsa.
Selektif, selalu memilih dan memilah dalam segala tindakan, termasuk dalam memilih teman, menentukan cita-cita, dan sebagainya. Sikap selektif tersebut sangatlah berguna sebagai “filter” penentuan sikap dalam memilih berbagai alternatif pilihan, sehingga akan tercipta pribadi yang tangguh dalam bersikap, tegas dalam bertindak, cepat dan tanggap dalam berbuat.
Inovatif, selalu mengadakan pembaruan yang sifatnya perbaikan dari yang sudah ada menjadi lebih berdaya guna dan berhasil guna. Generasi saat ini sangat unggul dalam berbagai inovasi. Temuan-temuan yang sifatnya pembaruan menjadi nilai unggul tersendiri sekarang ini. Inovasi dalam pendidikan dirasakan paling mendapat tempat istimewa. Model-model pembalajaran, yang di dalamnya mencakup strategi, metode dan teknik pembelajaran dapat dinikmati dan diaplikasi oleh para guru sebagai buah inovasi mereka.
Simpatik, menjadi pribadi yang tidak hanya unggul dalam kemasan tampilan, tapi unggul dalam talenta yang menjadi inspirator bagi siapapun yang mengenalnya. Berbagai pelatihan kepribadian sangat berjasa dalam mengantarkan sosok-sosok berkarakter, sehingga pribadi simpatik pun muncul dengan sendirinya. Pribadi yang sopan dalam bertutur, santun dalam bersikap menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pribadi simpatik.
Generasi “eksis” tersebut di atas, menjadi energi positif, serta menumbuhkan optimisme pada hati penulis, sehingga harapan ke depan, generasi “eksis” ini akan menjadi potensi luar biasa bangsa ini menjadi bangsa yang unggul dalam segala bidang. Kewajiban kita adalah memelihara serta menjaga potensi tersebut agar tidak sekedar harapan dan impian belaka, dengan menumbuhkembangkannya pada anak didik kita; mulai dari diri sendiri, keluarga, anak didik, saat ini juga. ***adhyatnika.gu@gmail.com

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH REGULER KENAPA TIDAK?


Keberadaan anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah reguler sering dipandang sebagai hambatan bagi kemajuan di lembaga formal pendidkan seperti SD, SMP, SMA/SMK atau sejenisnya. Tidak sedikit lembaga formal pendidikan yang menolak keberadaan anak berkebutuhan khusus. Padahal kalau merujuk padaUndang-Undang (UU) No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 49, yang berbunyi“Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan”. Juga dalam Undang-Undang (UU) No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 5 ayat 1: “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”.
Sebagaimana yang diketahui bahwa dalam proses pendidikan, setiap peserta didik mengembangkan potensinya melalui proses interaksi dengan pendidik, kawan sebaya, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. Proses pendidikan ini akan memungkinkan peserta didik menghayati pengalaman belajar untuk mewujudkan 4 (empat) pilar pendidikan, yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk mampu melakukan (learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar untuk hidup bersama (learning to live together).
Memang, ABK adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: Tunanetra,tunarungutunagrahita,tunadaksatunalaras,kesulitan belajargangguan prilakuanak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dananak cacat (Heward, 2008). Tetapi hal tersebut tidak berarti mereka dikesampingkan dalam memperoleh kesempatan pendidikan sebagaimana anak normal lainnya.
Sesungguhnya pembelajaran bagi ABK tidak hanya dapat dilakukan oleh guru di kelas, tetapi seluruh staf sekolah, teman di kelas, maupun seluruh keluarga harus terlibat dalam proses pembelajaran ini. Misalnya untuk anak yang mengalami gangguan autis atau disleksia, mereka menjalani terapi khusus di sekolah untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar dengan model pemberian reward setiap kali mereka berhasil melakukan satu tugas. Tentu saja setiap tugas yang diberikan harus berkesinambungan dari sekolah sampai di rumah dengan pengawasan orangtua atau pengasuh anak tersebut. Keterlibatan seluruh orang yang berhubungan dengan anak berkebutuhan khusus akan membuat anak lebih proaktif dalam mengatasi masalah (misalnya menghindaribullying). Dan yang lebih penting adalah meningkatkan kesadaran seluruh anggota sekolah akan fakta adanya perbedaan individual, meningkatkan keterampilan dan dukungan dalam belajar/emosi/sosial pada anak berkebutuhan khusus, sehingga akan tercipta sebuah situasi yang kondusif dalam mendukung proses pembelajaran bagi semua anak berkebutuhan khusus dalam jangka panjang.
Sebagaimana yang dimaklumi bahwa guru merupakan orang yang berperan penting (significant others) dalam proses pembelajaran anak. Kode etik guru menyatakan adanya kewajiban pada guru untuk meningkatkan kompetensi semua peserta didik secara objektif, tanpa membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu peserta didik dalam pembelajaran. Karena itu jelas semua guru harus berusaha mengakomodasi peserta didik berkebutuhan khusus di kelas. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa menangani pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus ini membutuhkan tenaga, waktu, atau kreativitas yang lebih banyak dibanding menangani peserta didik normal. Hal ini tentu akan memicu stress bagi guru yang bersangkutan. Karena itu, guru perlu mempunyai ketrampilan khusus dalam kelas, seperti manajemen kelas untuk mengatasi kelas yang terganggu oleh ulah murid hiperaktif/agresif, atau relaksasi setiap kali frustasi pada kelambatan dalam proses belajar peserta didik autis atau disleksia.
Kondisi masyarakat yang kurang memahami perkembangan anak membuat ABK tidak tertangani secara dini. Umumnya, deteksi dini gangguan pada anak baru terjadi setelah anak memasuki sekolah dasar; yaitu pada saat guru mengamati adanya perbedaan peserta didik dalam pembelajaran atau perilaku dibanding dengan teman di kelas. Karena itu, penting bagi seorang guru untuk dapat memberikan tanggapan atas perbedaan peserta didik.
Menurut Mercer (1983) bahwa sebelum mengajar, guru harus:
1. Mampu memahami bagaimana sebuah hambatan pada diri peserta didik dapat mempengaruhi hasil belajar, misalnya bagaimana gangguan sensori motorik dapat membuat anak sulit menggambar bentuk tertentu di kelas kesenian, anak dengan gangguan hernia atau asma akan sakit jika lari atau melakukan loncatan di kelas olahraga
2. Mengenali hambatan dan mengembangkan pengalaman belajar yang tersendiri, misalnya untuk anak autis atau disleksia diajari kata benda dengan melemparkan bola yang berisi kata timbul benda atau membuat bentuk dari benda yang dipelajari
3. Memberikan perintah yang bersifat pribadi bagi anak berkebutuhan khusus misalnya mendekati tempat duduk peserta didik dengan gangguan pendengaran, memberi perintah duduk sambil menuntun anak hiperaktif duduk
4. Memahami emosi pada peserta didik yang mengalami hambatan seperti sedih atau marah jika tidak dapat mengerjakan tugas di kelas, atau diejek karena kurang menguasai beberapa ketrampilan yang sudah dikuasai teman-temannya
5. Menggunakan layanan dan dukungan dari pihak mana pun, misalnya memberikan pekerjaan rumah yang melibatkan bantuan orang tua atau teman dalam mengajarkan materi tertentu, atau mengikutkan peserta didik yang pencemas atau cengeng dalam ekstrakulikuler menari yang dapat membantu meningkatkan endorphin sehingga emosi anak akan lebih positif
6. Mengkomunikasikan hambatan peserta didik pada orang tua secara efektif sehingga orang tua dapat menerima kondisi anak dengan baik, tidak cemas atau malah marah berlebihan, dan dapat bekerja sama menangani anak yang bersangkutan
Jika guru mencurigai adanya hambatan atau kondisi khusus pada peserta didik, maka ia harus melakukan penilaian secara mendalam. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan beberapa variasi metode pembelajaran, memberikan instruksi atau materi dengan cara berbeda. Kemudian, guru harus mendiskusikan keadaan anak dengan orang tua, kepala sekolah, dan konselor sekolah. Kemudian bersama konselor/guru bimbingan konseling di sekolah, guru melakukan program layanan intervensi dan pencegahan untuk meningkatkan perkembangan anak, termasuk diantaranya kepercayaan diri, tanggung jawab, kemandirian, juga keterampilan sosial dan komunikasi.
Selanjutnya, perlu strategidan metode pembelajaran yang tepat dalam belajar mengajar sebagai alternatif solutif dalam mengatasiABK. Misalnya strategi pembelajaran kooperatif untuk membangkitkan motivasi belajar ABK, meningkatkan prestasi belajar, meningkatkan retensi (daya ingat), dan meningkatkan kemampuan menjalin hubungan antar manusia, dan lain lain.
Guru perlu meningkatkan kualitas rancangan proses pembelajaran yang lebih banyak menekankan kepada pengembangan “pembelajaran” daripada “pengajaran”. Berbagai variasi metode pembelajaran sebaiknya diterapkan agar lebih menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang lebih kondusif, aktif, kreatif dan menyenangkan, sehingga pada akhirnya dapat mengatasi siswa yang diidentifikasi sebagai ABK di sekolah reguler.
Biodata Penulis:
Nama : Adhyatnika Geusan Ulun, S.Pd., M.Pd
Tempat/Tgl. Lahir : Bandung, 6 Agustus 1971
Pekerjaan : Guru Bahasa Inggris SMPN 1 Cipongkor,
Bandung Barat
Alamat : Jl. Mahar Martanegara No. 78 RT 04 RW
05 Kel. Utama Kec. Cimahi Selatan
Kota Cimahi 40533
Telp. : 082115033120