Hati yang dijaga dengan iman tentu akan berakibat lisan bertutur sopan, mata tertata dengan bersih penuh dengan kedamaian, tangan ringan membantu orang, kaki melangkah dengan ringan ke majelis-majelis ‘ilmu, dan seluruh hartanya barokah karena dia sedekahkan kepada orang yang membutuhkan. Alangkah indah hidup dengan hati yang bening, hati yang penuh dengan harapan akan kemuliaan di akhirat, dan hati yang penuh dengan harapan akan datangnya pertolongan Allah, pada hari dimana tidak berguna seluruhnya kecuali ketika menghadap Nya dengan hati bening.
Betapa indah ketika kita menyaksikan dua orang berjumpa dengan saling bertegur sapa, berjabat tangan, saling menyampaikan salam, mulut penuh senyuman, bibir senantiasa bergulir menyampaikan do’a, kepala mengangguk serta saling meng”iya”kan tanda penghormatan, tanpa menghinakan , dan berpisahnyapun penuh dengan harapan agar dapat bersua kembali dalam keadaan sejahtera selamanya.
Hal tersebut di atas, disadari sudah semakin jarang, menjadi hal yang langka, seiring perkembangan zaman yang menuntut kita lebih konsentrasi pada urusan duniawi, sehingga tak heran karena dikejar jam kerja, orang tua menjadi jarang bertutur sapa dengan anaknya, seorang suami menjadi jarang komunikasi dengan istrinya, sang ibu menjadi sangat jarang bercengkerama dengan putra-putrinya, dan para tetangga menjadi jarang silaturahmi karena kesibukan duniawinya, dan masjid-masjid menjadi kosong karena kita lebih sibuk menjaga harta, pangkat, jabatan, dan kedudukan, ketimbang megurus keperluan bekal akhirat.
Semuanya terjadi dikarenakan hati lebih terpaut pada urusan duniawi, ucapan salam terasa berat diucapkan karena hati kita tidak condong kepada makna keselamatan yang hakiki. Sesungguhnya sudah saatnya kita menyikapi semua itu dengan hati yang bening. Hati yang penuh dengan kepasrahan, hati yang penuh dengan pengharapan, agar kedamaian dan kesejahteraan akhirat dapat kita gapai.
Hati diibaratkan sebagai perahu yang berlayar dalam samudera jiwa yang luas, yang terapung dengan penuh kemegahan; Betapa tidak, di dalamnya penuh dengan cita-cita dan semangat yang menggelora dalam mengarungi samudera hidup, di dalamnya juga penuh dengan cinta, suka bahkan duka lara. Namun semuanya terkendalikan karena kebeningan hati dalam menyikapi berbagai permasalahan, dan lebih dikarenakan keyakinan yang kuat akan pertolongan dan petunjuk Allah yang Maha Perkasa.
Perahu hati ini dinakhodai oleh “Iman”, keyakinan, sehingga arah bahtera kehidupan pun terarah selaras dengan kompas Illahi menuju titik dermaga akhir hayat. Perahu hati ini melaju dengan dibantu oleh layar “’Ilmu” dan didorong oleh dayung amal shalih, makin banyak ‘amal shalih, makin cepat dia melaju dengan megahnya; Terkadang ‘amalnya pun menjadi assesoris yang indah yang menggelayuti setiap inci tubuhnya, kekayaan amal ini menjadi bekal yang teramat cukup menuju pelabuhan akhirat kelak.
Tidak jarang perahu hati yang mulia dan bening ini menemukan para pelaut yang terapung akibat perahu hati mereka karam karena kesombongan. Ditolongnya dengan penuh keikhlasan, karena rupanya perahu hati ini penuh dengan ‘ilmu terapi spiritual, yang mampu menyadarkan semua orang menuju ampunan Alloh, yang luasnya seluas langit dan bumi, tidak bertepi.
Begitulah, bila hati kita bersih maka segala pikiran akan jernih , semua permasalahan hidup dapat terangkat dan terselesaikan, bahkan arah hidup pun lebih terarah karena dipenuhi dengan prasangka baik kepada Allah, dan senantiasa yakin bahwa Allah akan senantiasa membimbing umatnya menuju suatu kebaikan. Jika dirasakan berat hidupnya, maka diyakininya bahwa semua itu adalah salah satu gelombang laut hidup yang terkadang besar dan terkadang hanya berupa riak belaka.
Sesungguhnya orang yang bening hatinya, dia akan menjadi jujur, dan senantiasa transparan dalam menyikapi semua keadaan, akan selalu menghormati dan memuliakan semua orang, karena dia selalu memandang orang sebagai makhluk yang harus saling menjaga, saling bantu, dan saling menyayangi. Bukankah baginda Rasul SAW, selalu menempatkan umatnya dengan tidak memandang suku bangsa, ras, dan meneaskan bahwa kemuliaan hanya terletak pada nilai takwa kepada Allah swt. Begitulah, orang yang bening hati tidak akan terjangkit penyakit yang menyesatkan , kesombongan dilemparkannya jauh-jauh dari kehidupannya, keserakahan akan harta haram disingkirkannya, bergunjing menjadi penyakit yang menakutkan, dan hasud menjadi barang terlarang. Orang yang bening hati pun akan senantiasa beramal dengan penuh keikhlasan, dan dengan perasaan takut kalau-kalau amalnya tidaklillahi ta’alaa
Memelihara kebeningan hati adalah suatu keharusan, agar hidup ini penuh dengan keridoan Allah swt. Diantara yang dapat memelihara kebeningan hati adalahdzikrullah, dzikir kepada Allah. Dzikir adalah upaya yang paling efektif untuk menjaga hati; baik lisan dan terutama perbuatan, dengan mengingat akan keberadaan Allah, dengan berbagai Kekuasaan Nya, Qudrat danIradatNya; akan senantiasa mengendalikan diri pada arah yang benar, bahwa kita akan mendapatkan konsekuensi atas segala amal yang kita lakukan di dunia ini, lewat pintu HisabNya dan Mizan Nya, perhitungan amal, dan timbangan amal, dihadapan Allah, Hakim yang seadil-adilnya.
Alangkah indah jika setiap relung jiwa ini dipenuhi dengan hati yang bening, yang setiap wajah dipenuhi dengan cahaya ikhlas, setiap amal tanpa pamrih, setiap keluarga yang kita jumpai penuh dengan suka cita, setiap berjumpa bertegur sapa, saling menyampaikan salam, saling mendo’akan, saling membantu, bertutur sopan, saling menyantuni. Hati yang demikian dapat digapai dengan hanya mengingat Alloh di setiap pagi, petang dan setiap nafas kita. “Alaa bidzikrillahi tathma’innul quluub...”hanya dengan mengingat Alloh lah hati kita akan tenang. (QS. As Syuara :88-89)
Akhirnya, pancaran hati yang bening berbias keikhlasan, kejujuran dan menebar keselamatan dan kedamaian, sebagaimana baginda Rasul SAW. yang membawa umat manusia ke zaman yang gemerlap dengan penuh perasaan sayang, buah dari kebeningan dan keikhlasan hati yang muncul dari jiwa manusia pencinta dzikir kepada Allah, dan buah amal manusia yang jujur akibat takutnya yang teramat sangat akan murka Allah yang ditimpakan kepada orang yang kotor hati. Wallahu’alam
(**Khutbah Jum’at cimahi .@ adhy 1439 H**)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar