Rasululloh SAW membangun dunia dalam waktu kurang dari 23 tahun. Pada saat itu , wajah bumi demikian semrawutnya, sehingga yang salah menjadi rujukan, sementara kebenaran menjadi tabu. Rasululloh SAW berhasil mengembalikan kepada fitrahnya kembali. Yakni kebenaran harus menjadi pijakan dan kesalahan harus disingkirkan . Apa rahasia dibalik keberhasilan beliau?
Kita mafhum, wajah dunia pra Islam, adalah wajah yang penuh dengan bopeng, buruk tingkah laku penghuninya, serta rusak akhlak para pemimpin dan rakyatnya. Kemudian Rasululloh SAW. hadir dengan segala kesahajaannya. Dirubahnya bopeng dunia ini menjadi wajah yang indah, dimana para penghuninya selalu menebar senyum ketika bertemu, saling bertegur sapa jika berjumpa, berjabat tangan menjadi kebiasaan, sopan dalam pergaulan, santun dalam segala tingkah laku perbuatan, pada hal sebelumnya para penghuni dunia ini, penuh dengan kebencian bila tidak sepaham satu sama lain, saling dendam bila tak menemukan kata sepakat untuk berdamai, permusuhan antar suku menjadi tradisi, maksiat menjadi ta’biat, harta kekayaan menjadi dewa yang dipertuhankan, perbudakan merajalela, sehingga harga manusia jelata tak berarti sama sekali, dan anak perempuan adalah aib, sehingga bergelimpangan mayat-mayat anak perempuan tak berdosa. Namun Rasululloh SAW, dengan kekuatan keyakinannya yang kuat akan ke Maha Besar an Alloh, beliau membalikan keadaan semuanya menjadi wajah dunia yang aman, penuh dengan kedamaian, harkat dan martabat manusia kembali diangkat ditempatkan sesuai dengan fitrahnya, dihapuskannya perbudakan, dilenyapkannya dendam dan permusuhan antar suku, ditempatkannya manusia dengan tolok ukur ketakwaannya kepada Alloh.
Ada beberapa hal yang sangat berharga , yang patut kita telaah tentang keberhasilan Baginda rasululloh saw. dalam membangun bumi.
Pertama , Baginda Rasululloh, selalu menempatkan dirinya sebagai pelopor kebaikan, dimanapun beliau berada. Baginda tidak pernah meyuruh apapun kecuali beliau sendiri orang yang pertama melakukannya, padahal sebagai kepala negara, beliau memiliki wewenang dan kekuasaan untuk memerintah rakyat dan umatnya. Hal tersebut sering luput dari pengamatan kita. Ketika ditakdirkan memiliki kekuasaan, maka yang terbayang oleh kita adalah kekuatan untuk memerintah orang, kekuasaan untuk meyuruh orang, tidak pernah terbersit di benak kita untuk sekedar memberi contoh. Alhasil, manakala bawahan kita, atau orang yang disuruh tidak melakukan apa yang kita perintahkan, atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan, maka yang terjadi adalah kemarahan, ketidakpuasan dan kekecewaan, dan puncaknya adalah penghinaan kepada orang lain, yang sadar tidak sadar membuat orang lain terhina dan teraniaya.
Rasululloh SAW, senantiasa banyak berkata dengan perbuatan daripada berbuat dengan perkataan, sehingga umatnya senantiasa berlomba-lomba meniru kebaikan yang diwariskan oleh baginda saw.
Kedua, baginda Rasul, selalu berani mengakui kelebihan orang lain dalam kebajikan, sehingga tak henti-hentinya beliau memuji para sahabatnya yang senantiasa berlomba dalam meraih ridlo Alloh, dengan sabdanya:’ Ashabi kalnujum”, “sahabatku bagai bintang,” yang tidak hanya mampu menerangi diri sendiri, tetapi menjadi penerang bagi dunia yang gelap di malam hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebesar apapun gelar yang disandang beliau, setinggi apapun kedudukan beliau, tidak menghalangi untuk bisa memuji dan tidak merendahkan orang di bawahnya.
Ketiga, beliau SAW selalu bijak dalam menyikapi kekurangan orang lain, sehingga beliau tidak pernah meluncurkan cacian dan makian kepada musuh sekalipun, bahkan beliau senantiasa mendo’akan agar kaum yang memusuhinya diberikan Allah hidayah, karena keyakinan beliau bahwa mereka memusuhinya dikarenakan kebodohan akibat kegelapan hatinya tidak mau menerima kebenaran.
Allohumahdi qaumi fainnahum laa ya’lamun
Keempat, Rasululloh saw. senantiasa mampu melupakan sebesar apapun kesalahan yang dilakukan orang lain. Kita tahu, bagaimana sedih dan terpukulnya beliau menyaksikan gugurnyasayidina Hamzah ra. yang sangat beliau cintai di tangan seorang budak Abu Sofyan, yang bernama Wahsyi, namun ketika Wahsyi dan Abu Sofyan masuk Islam, dengan kebeningan hatinya, Rasulullah menerima dan mengampuninya serta melupakan kesalahan masa lalunya.
Hal-hal tersebut di atas adalah sebagian akhlak Rasulullah SAW, yang menjadi resep dalam membangun dunia ini, sehingga berubah dari kegelapan menjadi terang benderang seperti ini, minna zhulumati ilaa nuur.
Oleh karena itu, jika ingin merubah diri menjadi lebih baik dari hari kemarin, ingin menjadikan keluarga menjadi sakinah mawaddah warrohmah, ingin putra-putri menjadi shaleh shalihah, ingin istri atau suami menjadi suri tauladan keluarga, ingin merubah lingkungan kita menjadi lingkungan yang aman, tenteram, penuh dengan kedamaian, mulailah menempatkan diri kita menjadi pelopor segala kebaikan, senantiasa mampu berkata dengan perbuatan, dan mampu memberikan contoh keteladanan dalam segala hal.
Akhirnya, jika ingin hidup penuh dengan kemuliaan, keberkahan di sisa usia, diridloi segala amal perbuatan kita, maka mulailah berani mengakui kelebihan orang lain, karena dengan berani mengakui kelebihan orang, kita mendidik diri untuk tidak sombong, takabbur dan sikap meremehkan orang lain. Dan ketika hal tersebut tertanam di setiap dada kita, maka akan timbul keberanian untuk melupakan jasa diri, yang terasa adalah kekurangan-kekurangan dalam berbuat kebaikan, sehingga akan muncul keinginan untuk senantiasa berlomba dalam kebaikan dalam segala hal. Akibatnya, manakala keberanian mengakui kelebihan orang dan berani melupakan jasa diri sudah tampak pada diri kita, akan timbul sikap melupakan sebesar apapun kesalahan orang, dan selalu bijak terhadap kekurangan orang lain.
Wallahu’alam.
Sesungguhnya Rasululloh saw. telah mewariskan ‘ilmu-‘ilmu di atas sebagai resep hidup tenteram dan damai.. jauh dari kebencian, jauh dari dendam, jauh dari kedengkian...
Alangkah indahnya bila semua di atas dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, serasa indahnya berdampingan dengan kekasih kita semua, Rasululloh saw.Wallohu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar