Rabu, 20 Desember 2017

GENERASI “EKSIS”

Fenomena zaman sekarang tentu saja tidak dapat dibandingkan dengan sepuluh, dua puluh atau bahkan tiga puluh tahun yang lalu, ketika generasi pada saat tersebut masih “steril” dari berbagai macam isu negatif dari “dunia luar”. Generasi pada tahun 70 an misalnya, pada saat itu nilai idealisme, nasionalisme, dan patriotisme masih kental melekat pada tubuh. Siapapun mengusik salah satu dari nilai tersebut, akan bangkitlah semangat dan daya juang untuk mempertahankannya. Penulis merasakan sendiri, ketika tim bulutangkis Indonesia dipermalukan negeri jiran dalam perebutan Thimas Cup di Jakarta pada awal 70 an, rasa nasionalisme terasa terusik dan hati terasa sakit menyaksikan peristiwa tersebut. Atau pada awal tahun 80 an bagaimana bangganya menyaksikan di layar kaca ketika pasuka khusus TNI berhasil menggagalkan upaya pembajakan para teroris di Bangkok. Juga, pada akhir 90 an, ketika menjadi bagian reformasi menggulingkan rezim Orba dan ikut menghantarkan para pemimpin era baru. Kesemuanya tidak terlepas dari tiga potensi di atas, idealisme, nasionalisme, dan patriotisme.
Waktu pun berlalu, dan masa telah berubah seiring berganti hari dan zaman pun melangkah pasti. Tidak sedikit diantara para pemerhati generasi terselip rasa pesimis menyimak kondisi generasi saat ini, idealisme mulai melemah, nasionalisme mulai luntur, dan patriotisme pun mulai lekang ditelan zaman. Namun, kini penulis menyaksikan satu ghirah,semangat luar biasa dari diri generasi sekarang ini. Secara bahasa tentu berubah, walaupun secara substatansi tetap tidak berubah. Generasi awal tahun 2000 an saat ini, penulis merasakan ada geliat positif. Idealisme, nasionalisme, dan patriotisme dikemas dalam bentuk terminologis baru yang edukatif, kreatif, selektif, inovatif, dan simpatik.
Edukatif, bermakna bahwa generasi sekarang sangat menjungjung tinggi pendidikan formal. Sekuat tenaga para orang tua berupaya menyekolahkan anak-anaknya untuk mencapai pendidikan setinggi mungkin. Terlepas dari niat dan tujuan mencapai tarap pendidikan yang tinggi, namun fenomena ini hendaklah dicermati sebagai bagian dari perubahan positif, setidaknya dengan memiliki pendidikan tinggi akan tercipta pola pikir yang lebih progresif dan selalu berupaya untuk memperbaiki taraf hidup lebih baik dari pada sebelumnya.
Kreatif, dapat diartikan sebagai prilaku positif dalam berkarya untuk menciptakan berbagai hasil yang bermanfaat. Saat ini, berbagai macam kreasi tersebar hampir ke semua pelosok daerah, dari kreasi yang sifatnya individu maupun massal, juga berbagai bidang kreasi, dari bidang ekonomi, sosial, budaya dan berbagai bidang lainnya. kreasi anak muda saat ini, dirasakan menambah khazanah maraknya berbagai karya anak bangsa.
Selektif, selalu memilih dan memilah dalam segala tindakan, termasuk dalam memilih teman, menentukan cita-cita, dan sebagainya. Sikap selektif tersebut sangatlah berguna sebagai “filter” penentuan sikap dalam memilih berbagai alternatif pilihan, sehingga akan tercipta pribadi yang tangguh dalam bersikap, tegas dalam bertindak, cepat dan tanggap dalam berbuat.
Inovatif, selalu mengadakan pembaruan yang sifatnya perbaikan dari yang sudah ada menjadi lebih berdaya guna dan berhasil guna. Generasi saat ini sangat unggul dalam berbagai inovasi. Temuan-temuan yang sifatnya pembaruan menjadi nilai unggul tersendiri sekarang ini. Inovasi dalam pendidikan dirasakan paling mendapat tempat istimewa. Model-model pembalajaran, yang di dalamnya mencakup strategi, metode dan teknik pembelajaran dapat dinikmati dan diaplikasi oleh para guru sebagai buah inovasi mereka.
Simpatik, menjadi pribadi yang tidak hanya unggul dalam kemasan tampilan, tapi unggul dalam talenta yang menjadi inspirator bagi siapapun yang mengenalnya. Berbagai pelatihan kepribadian sangat berjasa dalam mengantarkan sosok-sosok berkarakter, sehingga pribadi simpatik pun muncul dengan sendirinya. Pribadi yang sopan dalam bertutur, santun dalam bersikap menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pribadi simpatik.
Generasi “eksis” tersebut di atas, menjadi energi positif, serta menumbuhkan optimisme pada hati penulis, sehingga harapan ke depan, generasi “eksis” ini akan menjadi potensi luar biasa bangsa ini menjadi bangsa yang unggul dalam segala bidang. Kewajiban kita adalah memelihara serta menjaga potensi tersebut agar tidak sekedar harapan dan impian belaka, dengan menumbuhkembangkannya pada anak didik kita; mulai dari diri sendiri, keluarga, anak didik, saat ini juga. ***adhyatnika.gu@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar