Rabu, 13 Februari 2013

PERILAKU MENYIMPANG


I. PENGERTIAN

Ada beberapa defenisi perilaku menyimpang, yang diajukan oleh beberapa Sosiolog. Antara lain :



A. J James Vander Zanden
Perilaku meyimpang : Perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang.

B. J Robert M. Z. Lawang
Perilaku menyimpang : semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial (masyarakat) dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang untuk memperbaiki hal tersebut.

C. J Bruce J. Cohen
Perilaku menyimmpang : Setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri ( tidak bisa bersosialisasi/beradaptasi ) dengan kehendak-kehendak masyarakat.


D. J Paul B. Horton
Perilaku menyimpang : setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat


II. JENIS-JENIS PERILAKU MENYIMPANG
Perilaku menyimpang dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria atau sudut pandang, Yaitu :

A. Berdasarkan jenisnya
1. Perilaku menyimpang primer, yaitu perilaku menyimpang yang baru pertama kali dilakukan oleh seseorang 2. Perilaku menyimpang sekunder, yaitu perilaku menyimpang yang merupakan pengulangan dari perilaku menyimpang sebelumnya

B Berdasarkan efek / dampaknya

1. Perilaku menyimpang positif adalah perilaku menyimpang yang memiliki dampak positif, biasanya berupa inovasi yang memberikan mutu kehidupan masyarakat. Contoh............

2. Perilaku menyimpang negatif adalah perilaku menyimapng yang memberiakn dampak buruk terhadap kehidupan masyarakat atau bersifat anti sosial. Contoh...........

C. Berdasarkan bentuknya

1. Perilaku menyimpang yang bukan merupakan kejahatan atau kriminala adalah perilaku menyimapang yang bukan merupakan tindak pidana. Contoh......................

2. Perilaku menyimpang yang merupakan kejahatan / kriminal adalah perilaku menyimpang yang dikenai ancaman atau sanksi pidana. Contoh.............

3. Kenakalan remaja adalah perilaku menyimpang yang umunyadilakukan oleh para remaja, Contoh...........

III. BENTUK-BENTUK PERILAKU MENYIMPANG

Menurut Robert M.Z. Lawang perilaku menyimpang dapat dibedakan dala 4 bentuk, yaitu :

1. Perilaku menyimpang yang dianggap sebagai kejahatan atau kriminal, Contoh.............

2. Penyimpangan seksual yaitu perilaku seksual yang tidak lazim dan lain dari biasanya. Contoh.............

3. Penyimpangan dalam bentuk gaya hidup yang lain dari biasanya, Contoh...........

4. Penyimpangan dalam bentuk pemakaian dan konsumsi yang berlebih-lebihan, Contoh.........

IV. FUNGSI PRILAKU MENYIMPANG

1. Perilaku menyimpang memperkokoh nilai dan norma-norma sosial yang terdapat di dalam masyarakat
2. Perilaku menyimpang akan memperjelas batas-batas moral yang terdapat dalam masyarakat
3. Tanggapan terhadap perilaku menyimpang akan menumbuhkan kesatuan masyarakat
4. Perilaku menyimpang mendorong terjadinya perubahan sosial


V. BEBERAPA KONSEP PENTING TENTANG PERILAKU MENYIMPANG


1. Seseorang dikatakan berperilaku menyimpang karena orang lain / masyarakat mengatakan/menganggapnya seperti itu, dengan kata lain adanya kesepakatan dimasyarakat behwa perilaku itu bersifat menyimpang.contoh.................
2. Perilaku yang termasuk dalam perilaku menyimpang berbeda dari waktu ke waktu atau setiap masa & jaman berbeda. Contoh.......
3. Perilaku yang dianggap perilaku menyimpang oleh sebuah masyarakat belum tentu dianggap sebagai perilaku menyimpang oleh masyarakat lain. Contoh..........
4. Perilaku menyimpang bisa berupa tindakan kriminal bisa juga bukan merupakan tindakan kriminal. Contoh...........
5. Ada pelanggaran hukum yang bukan merupakan perilaku menyimpang

6. Masyakat ada kalanya sangat mengecam perilaku menyimpang , namun kadang bersikap biasa-biasa saja terhadap beberapa perilaku menyimpang lainnya. 


IV. Teori-Teori Umum tentang Perilaku Menyimpang
Teori-teori umum tentang penyimpangan berusaha menjelaskan semua contoh penyimpangan sebanyak mungkin dalam bentuk apapun (misalnya kejahatan, gangguan mental, bunuh diri dan lain-lain). Berdasarkan perspektifnya penyimpangan ini dapat digolongkan dalam dua teori utama. Perpektif patologi sosial menyamakan masyarakat dengan suatu organisme biologis dan penyimpangan disamakan dengan kesakitan atau patologi dalam organisme itu, berlawanan dengan model pemikiran medis dari para psikolog dan psikiatris. Perspektif disorganisasi sosial memberikan pengertian pemyimpangan sebagai kegagalan fungsi lembaga-lembaga komunitas lokal. Masing-masing pandangan ini penting bagi tahap perkembangan teoritis dalam mengkaji penyimpangan.

A. Teori-Teori Sosiologi tentang Perilaku Menyimpang

Teori anomi adalah teori struktural tentang penyimpangan yang paling penting selama lebih dari lima puluh tahun. Teori anomi menempatkan ketidakseimbangan nilai dan norma dalam masyarakat sebagai penyebab penyimpangan, di mana tujuan-tujuan budaya lebih ditekankan dari pada cara-cara yang tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan budaya itu. Individu dan kelompok dalam masyarakat seperti itu harus menyesuaikan diri dan beberapa bentuk penyesuaian diri itu bisa jadi sebuah penyimpangan. Sebagian besar orang menganut norma-norma masyarakat dalam waktu yang lama, sementara orang atau kelompok lainnya melakukan penyimpangan. Kelompok yang mengalami lebih banyak ketegangan karena ketidakseimbangan ini (misalnya orang-orang kelas bawah) lebih cenderung mengadaptasi penyimpangan daripada kelompok lainnya.
Teori sosiologi atau teori belajar memandang penyimpangan muncul dari konflik normatif di mana individu dan kelompok belajar norma-norma yang membolehkan penyimpangan dalam keadaan tertentu. Pembelajaran itu mungkin tidak kentara, misalnya saat orang belajar bahwa penyimpangan tidak mendapat hukuman. Tetapi pembelajaran itu bisa juga termasuk mangadopsi norma-norma dan nilai-nilai yang menetapkan penyimpangan diinginkan atau dibolehkan dalam keadaan tertentu. Teori Differential Association oleh Sutherland adalah teori belajar tentang penyimpangan yang paling terkenal. Walaupun teori ini dimaksudkan memberikan penjelasan umum tentang kejahatan, dapat juga diaplikasikan dalam bentuk-bentuk penyimpangan lainnya. Sebenarnya setiap teori sosiologis tentang penyimpangan mempunyai asumsi bahwa individu disosialisasikan untuk menjadi anggota kelompok atau masyarakat secara umum. Sebagian teori lebih menekankan proses belajar ini daripada teori lainnya, seperti beberapa teori yang akan dibahas pada Bab berikutnya.

B. Teori Labeling

Teori-teori umum tentang penyimpangan mencoba menjelaskan semua bentuk penyimpangan. Tetapi teori-teori terbatas lebih mempunyai lingkup penjelasan yang terbatas. Beberapa teori terbatas adalah untuk jenis penyimpangan tertentu saja, atau untuk bentuk substantif penyimpangan tertentu (seperti alkoholisme dan bunuh diri), atau dibatasi untuk menjelaskan tindakan menyimpang bukan perilaku menyimpang. Dalam bab ini perpektif-perpektif labeling, kontrol dan konflik adalah contoh-contoh teori-teori terbatas yang didiskusikan.
Perspektif labeling mengetengahkan pendekatan interaksionisme dengan berkonsentrasi pada konsekuensi interaksi antara penyimpang dengan agen kontrol sosial. Teori ini memperkirakan bahwa pelaksanaan kontrol sosial menyebabkan penyimpangan, sebab pelaksanaan kontrol sosial tersebut mendorong orang masuk ke dalam peran penyimpang. Ditutupnya peran konvensional bagi seseorang dengan pemberian stigma dan label, menyebabkan orang tersebut dapat menjadi penyimpang sekunder, khususnya dalam mempertahankan diri dari pemberian label. Untuk masuk kembali ke dalam peran sosial konvensional yang tidak menyimpang adalah berbahaya dan individu merasa teralienasi. Menurut teori labeling, pemberian sanksi dan label yang dimaksudkan untuk mengontrol penyimpangan malah menghasilkan sebaliknya.

C. Teori Kontrol

Perspektif kontrol adalah perspektif yang terbatas untuk penjelasan delinkuensi dan kejahatan. Teori ini meletakkan penyebab kejahatan pada lemahnya ikatan individu atau ikatan sosial dengan masyarakat, atau macetnya integrasi sosial. Kelompk-kelompok yang lemah ikatan sosialnya (misalnya kelas bawah) cenderung melanggar hukum karena merasa sedikit terikat dengan peraturan konvensional. Jika seseorang merasa dekat dengan kelompok konvensional, sedikit sekali kecenderungan menyimpang dari aturan-aturan kelompoknya. Tapi jika ada jarak sosial sebagai hasil dari putusnya ikatan, seseorang merasa lebih bebas untuk menyimpang.

D. Teori Konflik

Teori konflik adalah pendekatan terhadap penyimpangan yang paling banyak diaplikasikan kepada kejahatan, walaupun banyak juga digunakan dalam bentuk-bentuk penyimpangan lainnya. Ia adalah teori penjelasan norma, peraturan dan hukum daripada penjelasan perilaku yang dianggap melanggar peraturan. Peraturan datang dari individu dan kelompok yang mempunyai kekuasaan yang mempengaruhi dan memotong kebijakan publik melalui hukum. Kelompok-kelompok elit menggunakan pengaruhnya terhadap isi hukum dan proses pelaksanaan sistem peradilan pidana. Norma sosial lainnya mengikuti pola berikut ini. Beberapa kelompok yang sangat berkuasa membuat norma mereka menjadi dominan, misalnya norma yang menganjurkan hubungan heteroseksual, tidak kecanduan minuman keras, menghindari bunuh diri karena alasan moral dan agama.
Homoseksualitas menyangkut orientasi dan perilaku seksual. Perilaku homoseksual adalah hubungan seks antara orang yang berjenis kelamin sama. Orientasi homoseksual adalah sikap atau perasaan ketertarikan seseorang pada orang lain dengan jenis kelamin yang sama untuk tujuan kepuasan seksual. Lebih banyak perilaku homoseksual dibandingkan orang yang memiliki orientasi homoseksual. Norma dan aturan hukum yang melarang homoseksualitas dianggap kuno, di mana opini masyarakat akhir-akhir ini lebih bisa menerima homoseksualitas.
Perkembangan suatu orientasi homoseksualitas terjadi dalam konteks biologis. Tetapi makna sesungguhnya dari orientasi tersebut berada dalam proses sosialisasi seksual dan penerimaan serta indentifikasi peran seks. Sosialisasi seksual adalah suatu proses yang kompleks yang dimulai dari belajar norma. Norma-norma seksual mengidentivikasi objek seksual, waktu, tempat dan situasi. Banyak kombinasi yang mungkin dapat terjadi dan termasuk terjadinya kesalahan dalam sosialisasi. Preferensi seksual terbentuk saat masa remaja, walaupun banyak juga para homoseksual yang menjadi homoseksual di usia yang lebih tua. Penerimaan identifas homoseksual terjadi setelah suatu proses peningkatan aktivitas homoseksual dan partisipasi dalam suatu subkebudayaan homoseksual atau komunikasi homoseksual. Secara sosiologis, seorang homoseksual adalah orang yang memiliki identitas homoseksual.

E. Homoseksualitas Perempuan (Lesbianisme)

Lesbianisme, sama dengan homoseksual pada laki-laki, terjadi melalui penerimaan orientasi seksual lesbian. Lesbian lebih cenderung membangun orientasi seksualnya dalam konteks hubungan pertemanan dengan perempuan lainnya. Hubungan seks antara lesbian, terjadi dalam konteks berjalannya hubungan sosial dengan perempuan lain. Hubungan antara para lesbian umumnya berlangsung dalam jangka waktu lama, bukan berarti para homoseks tidak membangun hubungan seperti ini. Namun lesbian lebih cenderung selektif dalam memilih pasangan seks dan tidak banyak terlibat dalam subkebudayaan lesbian. Karena lesbianisme ini lebih bersifat pribadi dan rahasia, para lesbian tidak banyak mendapat ancaman dari stigma sosial atau hukum. Perilaku dan orientasi seksual mereka tidak begitu nyata bagi orang lain. Dan karena alasan ini, para lesbian tidak banyak membutuhkan dukungan suasana subkebudayaan lesbian. (Dari berbagai sumber)

1 komentar:

  1. Apa contoh perilaku penyimpangan pemakaian dan konsumsi yang berlebih-lebihan.???

    http://irfans.mwb.im

    BalasHapus