BAGIAN I: PANDUAN UMUM
A.
Latar Belakang
Pasal 3 Undang-undang nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.”
Sehubungan
dengan hal tersebut, salah satu program utama Kementerian Pendidikan Nasional
dalam rangka meningkatkan mutu proses dan output pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah adalah pengembangan pendidikan karakter.
Sebenarnya
pendidikan karakter bukan hal yang baru dalam sistem pendidikan nasional
Indonesia. Pada saat ini, setidak-tidaknya sudah ada dua mata pelajaran yang
diberikan untuk membina akhlak dan budi pekerti peserta didik, yaitu Pendidikan
Agama dan PKn. Namun demikian, pembinaan watak melalui kedua mata pelajaran
tersebut belum membuahkan hasil yang memuaskan karena beberapa hal. Pertama,
kedua mata pelajaran tersebut cenderung baru membekali pengetahuan mengenai
nilai-nilai melalui materi/substansi mata pelajaran. Kedua,
kegiatan pembelajaran pada kedua mata pelajaran tersebut pada umumnya belum secara memadai mendorong
terinternalisasinya nilai-nilai oleh masing-masing siswa sehingga siswa
berperilaku dengan karakter yang tangguh. Ketiga, menggantungkan
pembentukan watak siswa melalui kedua mata pelajaran itu saja tidak cukup.
Pengembangan karakter peserta didik perlu melibatkan lebih banyak lagi mata
pelajaran, bahkan semua mata pelajaran. Selain itu, kegiatan pembinaan
kesiswaan dan pengelolaan sekolah dari hari ke hari perlu juga dirancang dan
dilaksanakan untuk mendukung pendidikan karakter.
Merespons
sejumlah kelemahan dalam pelaksanaan pendidikan akhlak dan budi pekerti yang
telah diupayakan inovasi pendidikan karakter. Inovasi tersebut adalah:
1)
Pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi ke
dalam semua mata pelajaran. Integrasi yang dimaksud meliputi pemuatan
nilai-nilai ke dalam substansi pada semua mata pelajaran dan pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar yang memfasilitasi dipraktikkannya nilai-nilai dalam
setiap aktivitas pembelajaran di dalam dan di luar kelas untuk semua mata
pelajaran.
2)
Pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam
pelaksanaan kegiatan pembinaan kesiswaan.
3)
Selain itu, pendidikan karakter dilaksanakan melalui
kegiatan pengelolaan semua urusan di sekolah yang melibatkan semua warga
sekolah.
Pelaksanaan
pendidikan karakter secara terpadu di dalam semua mata pelajaran (sebagaimana
dimaksud oleh butir 1 di atas) merupakan hal yang baru bagi sebagian besar
SMP di Indonesia. Oleh
karena itu, dalam rangka membina pelaksanaan pendidikan karakter secara terpadu
di dalam seluruh mata pelajaran, perlu disusun panduan pelaksanaan pendidikan
karakter yang terintegrasi ke dalam pembelajaran di SMP, terutama ketika guru
menggunakan Buku Sekolah Elektronik (BSE).
B.
Pengertian
Pendidikan Karakter Terintegrasi di dalam Pembelajaran
Yang dimaksud dengan pendidikan
karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah pengenalan
nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan
penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari
melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas
pada semua mata pelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran, selain untuk
menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga
dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal,
menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku.
C.
Strategi
Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
Integrasi pendidikan karakter
di dalam proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran pada
semua mata pelajaran.
1.
Perencanaan
integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran
Pada tahap perencanaan
dilakukan analisis SK/KD, pengembangan silabus, penyusunan RPP, dan penyiapan bahan
ajar.
Analisis SK/KD dilakukan untuk
mengidentifikasi nilai-nilai karakter yang secara substansi dapat
diintegrasikan pada SK/KD yang bersangkutan. Perlu dicatat bahwa identifikasi
nilai-nilai karakter ini tidak dimaksudkan untuk membatasi nilai-nilai yang
dapat dikembangkan pada pembelajaran SK/KD yang bersangkutan.
Pengembangan silabus dapat
dilakukan dengan merevisi silabus yang telah dikembangkan dengan menambah komponen
(kolom) karakter tepat di sebelah kanan komponen (kolom) Kompetensi Dasar. Pada
kolom tersebut diisi nilai(-nilai) karakter yang hendak diintegrasikan dalam
pembelajaran. Nilai-nilai yang diisikan tidak hanya terbatas pada nilai-nilai
yang telah ditentukan melalui analisis SK/KD, tetapi dapat ditambah dengan
nilai-nilai lainnya yang dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran
(bukan lewat substansi pembelajaran). Setelah itu, kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian, dan/atau teknik penilaian, diadaptasi atau dirumuskan
ulang menyesuaikan karakter yang hendak dikembangkan.
Sebagaimana langkah-langkah
pengembangan silabus, penyusunan RPP dalam rangka pendidikan karakter yang
terintegrasi dalam pembelajaran dilakukan dengan cara merevisi RPP yang telah
ada. Pertama-tama rumusan tujuan pembelajaran direvisi/diadaptasi. Revisi/adaptasi
tujuan pembelajaran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) rumusan tujuan
pembelajaran yang telah ada direvisi hingga satu atau lebih tujuan pembelajaran
tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif dan psikomotorik, tetapi juga
karakter, dan (2) ditambah tujuan pembelajaran yang khusus dirumuskan untuk
karakter.
Ke dua, pendekatan/metode
pembelajaran diubah (bila diperlukan) agar pendekatan/metode yang dipilih selain
memfasilitasi peserta didik mencapai pengetahuan dan keterampilan yang ditargetkan,
juga mengembangkan karakter. Ketiga, langkah-langkah pembelajaran direvisi.
Kegiatan-kegiatan pembelajaran dalam setiap langkah/tahap pembelajaran
(pendahuluan, inti, dan penutup), direvisi dan/atau ditambah agar sebagian atau
seluruh kegiatan pembelajaran pada setiap tahapan memfasilitasi peserta didik
memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang ditargetkan dan mengembangkan
karakter. Prinsip-prinsip pendekatan pembelajaran kontekstual dan pembelajaran
aktif yang selama ini digalakkan aplikasinya oleh Direktorat PSMP sangat
efektif mengembangkan karakter peserta didik.
Ke tiga,
bagian penilaian direvisi. Revisi dilakukan dengan cara mengubah dan/atau
menambah teknik-teknik penilaian yang telah dirumuskan. Teknik-teknik penilaian
dipilih sehingga secara keseluruhan teknik-teknik tersebut mengukur pencapaian
peserta didik dalam kompetensi dan karakter. Di antara teknik-teknik penilaian
yang dapat dipakai untuk mengetahui perkembangan karakter adalah observasi,
penilaian antar teman, dan penilaian diri sendiri. Nilai dinyatakan secara kualitatif,
misalnya:
·
BT: Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan
tanda-tanda awal perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator).
·
MT: Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan
adanya tanda-tanda awal perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator
tetapi belum konsisten).
·
MB: Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan
berbagai tanda perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator dan mulai
konsisten).
·
MK: Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku/karakter
yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten).
Ke empat, bahan ajar disiapkan. Bahan/buku ajar merupakan
komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya
terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata
mengikuti urutan penyajian dan kegiatan-kegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis
buku ajar, tanpa melakukan adaptasi yang berarti.
Melalui program Buku Sekolah
Elektronik atau buku murah, dewasa ini pemerintah telah membeli hak cipta
sejumlah buku ajar dari hampir semua mata pelajaran yang telah memenuhi
kelayakan pemakaian berdasarkan penilaian BSNP dari para penulis/penerbit. Guru wajib menggunakan buku-buku tersebut dalam proses
pembelajaran.
Walaupun buku-buku tersebut
telah memenuhi sejumlah kriteria kelayakan - yaitu kelayakan isi, penyajian,
bahasa, dan grafika – bahan-bahan ajar tersebut masih belum secara memadai
mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya. Apabila guru sekedar
mengikuti atau melaksanakan pembelajaran dengan berpatokan pada
kegiatan-kegiatan pembelajaran pada buku-buku tersebut, pendidikan karakter
secara memadai belum berjalan. Oleh karena itu, sejalan dengan apa yang telah
dirancang pada silabus dan RPP yang berwawasan pendidikan karakter, bahan ajar
perlu diadaptasi. Adaptasi yang paling mungkin dilaksanakan oleh guru adalah
dengan cara menambah kegiatan pembelajaran yang sekaligus dapat
mengembangkan karakter. Cara lainnya adalah dengan mengadaptasi atau
mengubah kegiatan belajar pada buku ajar yang dipakai. Selain itu, adaptasi
dapat dilakukan dengan merevisi substansi pembelajarannya.
Sebuah kegiatan belajar (task),
baik secara eksplisit atau implisit terbentuk atas enam komponen.
Komponen-komponen yang dimaksud adalah:
2)
Input
3)
Aktivitas
4)
Pengaturan (Setting)
5)
Peran
guru
6)
Peran
peserta didik
Dengan demikian,
perubahan/adaptasi kegiatan belajar yang dimaksud menyangkut perubahan pada
komponen-komponen tersebut.
Secara umum, kegiatan belajar
yang potensial dapat mengembangkan karakter peserta didik memenuhi
prinsip-prinsip atau kriteria berikut.
1.
Tujuan
Dalam hal tujuan, kegiatan
belajar yang menanamkan nilai adalah apabila tujuan kegiatan tersebut tidak
hanya berorientasi pada pengetahuan, tetapi juga sikap. Oleh karenanya, guru
perlu menambah orientasi tujuan setiap atau sejumlah kegiatan belajar dengan
pencapaian sikap atau nilai tertentu, misalnya kejujuran, rasa percaya diri,
kerja keras, saling menghargai, dan sebagainya.
2.
Input
Input dapat didefinisikan
sebagai bahan/rujukan sebagai titik tolak dilaksanakannya aktivitas belajar
oleh peserta didik. Input tersebut dapat berupa teks lisan maupun tertulis,
grafik, diagram, gambar, model, charta, benda sesungguhnya, film, dan
sebagainya. Input yang dapat memperkenalkan nilai-nilai adalah yang tidak hanya
menyajikan materi/pengetahuan, tetapi yang juga menguraikan nilai-nilai yang
terkait dengan materi/pengetahuan tersebut.
3.
Aktivitas
Aktivitas belajar adalah apa
yang dilakukan oleh peserta didik (bersama dan/atau tanpa guru) dengan input
belajar untuk mencapai tujuan belajar. Aktivitas belajar yang dapat membantu
peserta didik menginternalisasi nilai-nilai adalah aktivitas-aktivitas belajar
aktif yang antara lain mendorong terjadinya autonomous
learning dan bersifat learner-centered.
Pembelajaran yang memfasilitasi autonomous
learning dan berpusat pada siswa secara otomatis akan membantu siswa memperoleh
banyak nilai. Contoh-contoh aktivitas belajar yang memiliki sifat-sifat
demikian antara lain diskusi, eksperimen, pengamatan/observasi, debat,
presentasi oleh siswa, dan mengerjakan proyek.
4.
Pengaturan (Setting)
Pengaturan (setting) pembelajaran berkaitan dengan
kapan dan di mana kegiatan dilaksanakan, berapa lama, apakah secara individu,
berpasangan, atau dalam kelompok. Masing-masing setting berimplikasi terhadap nilai-nilai yang terdidik. Setting waktu penyelesaian tugas yang
pendek (sedikit), misalnya akan menjadikan peserta didik terbiasa kerja dengan
cepat sehingga menghargai waktu dengan baik. Sementara itu kerja kelompok dapat
menjadikan siswa memperoleh kemampuan bekerjasama, saling menghargai, dan
lain-lain.
5.
Peran
guru
Peran guru dalam kegiatan
belajar pada buku ajar biasanya tidak dinyatakan secara eksplisit. Pernyataan
eksplisit peran guru pada umumnya ditulis pada buku petunjuk guru. Karena
cenderung dinyatakan secara implisit, guru perlu melakukan inferensi terhadap peran
guru pada kebanyakan kegiatan pembelajaran apabila buku guru tidak tersedia.
Peran guru yang memfasilitasi
diinternalisasinya nilai-nilai oleh siswa antara lain guru sebagai fasilitator,
motivator, partisipan, dan pemberi umpan balik. Mengutip ajaran Ki Hajar
Dewantara, guru yang dengan efektif dan efisien mengembangkan karakter siswa
adalah mereka yang ing ngarsa sung
tuladha (di depan guru berperan sebagai teladan/memberi contoh), ing madya mangun karsa (di tengah-tengah peserta
didik guru membangun prakarsa dan bekerja sama dengan mereka), tut wuri handayani (di belakang guru memberi daya semangat dan dorongan
bagi peserta didik).
6.
Peran
peserta didik
Seperti halnya dengan peran
guru dalam kegiatan belajar pada buku ajar, peran siswa biasanya tidak dinyatakan
secara eksplisit juga. Pernyataan eksplisit peran siswa pada umumnya ditulis
pada buku petunjuk guru. Karena cenderung dinyatakan secara implisit, guru
perlu melakukan inferensi terhadap peran siswa pada kebanyakan kegiatan
pembelajaran.
Agar peserta didik
terfasilitasi dalam mengenal, menjadi peduli, dan menginternalisasi karakter,
peserta didik harus diberi peran aktif dalam pembelajaran. Peran-peran tersebut
antara lain sebagai partisipan diskusi, pelaku eksperimen, penyaji hasil-hasil
diskusi dan eksperimen, pelaksana proyek, dsb.
2. Pelaksanaan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dari
tahapan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup, dipilih dan
dilaksanakan agar peserta didik mempraktikkan nilai-nilai
karakter yang ditargetkan. Sebagaimana disebutkan di depan, prinsip-prinsip Contextual Teaching and Learning
disarankan diaplikasikan pada semua tahapan pembelajaran karena prinsip-prinsip
pembelajaran tersebut sekaligus dapat memfasilitasi terinternalisasinya
nilai-nilai. Selain itu, perilaku guru sepanjang proses pembelajaran harus
merupakan model pelaksanaan nilai-nilai bagi peserta didik. Diagram 1.1.
berikut menggambarkan penanaman karakter melalui pelaksanaan pembelajaran.
Diagram
1.1: Penanaman Karakter melalui Pelaksanaan Pembelajaran
D.
Nilai-nilai Karakter untuk SMP
Ada banyak nilai (80 butir) yang dapat dikembangkan
pada peserta didik. Menanamkan semua butir nilai tersebut merupakan tugas yang
sangat berat. Oleh karena itu perlu dipilih nilai-nilai tertentu sebagai nilai
utama yang penanamannya diprioritaskan. Untuk tingkat SMP, nilai-nilai utama
tersebut disarikan dari butir-butir
SKL, yaitu:
1.
Kereligiusan
Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang
diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran
agamanya.
2.
Kejujuran
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.
3.
Kecerdasan
Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau
logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan
termutakhir dari apa yang telah
dimiliki.
4.
Ketangguhan
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan guna
menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
5.
Kedemokratisan
Cara berfikir,
bersikap dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
6.
Kepedulian
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah dan
memperbaiki penyimpangan dan kerusakan (manusia, alam, dan tatanan) di sekitar dirinya.
7.
Bertanggung
jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.
8.
Bergaya
hidup sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam
menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat
mengganggu kesehatan.
9.
Kedisiplinan
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
10. Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan guna
menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
11. Percaya diri
Sikap yakin akan
kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
12. Berpikir logis, kritis,
kreatif, dan inovatif
Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau
logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan
termutakhir dari apa yang telah dimiliki.
13. Kemandirian
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
14. Keingintahuan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
15. Cinta ilmu
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap pengetahuan.
16. Sadar akan hak dan kewajiban
diri dan orang lain
Sikap tahu dan
mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang
lain serta tugas/kewajiban diri
sendiri serta orang lain.
17. Patuh pada aturan-aturan sosial
Sikap menurut dan
taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.
18. Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
19. Kesantunan
Sifat yang halus
dan baik dari sudut pandang tata bahasa
maupun tata perilakunya ke semua orang.
20.
Nasionalisme
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
21.
Menghargai keberagaman
Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam
hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.
22. Berjiwa
kepemimpinan
Kemampuan
untuk dapat mengarahkan dan mengajak individu atau kelompok mencapai tujuan
dengan berpegang pada asas-asas kepemimpinan yang berbudaya.
23. Berorientasi
pada tindakan
Kemampuan untuk mewujudkan gagasan menjadi tindakan
nyata.
24. Berani
mengambil risiko
Kesiapan
menerima risiko (akibat) yang mungkin timbul dari tindakan yang dilakukan.
Di antara butir-butir nilai tersebut di atas, enam
butir dipilih sebagai nilai-nilai pokok sebagai pangkal tolak pengembangan,
yaitu:
1.
Kereligiusan
2.
Kejujuran
3.
Kecerdasan
4.
Ketangguhan
5.
Kedemokratisan
6.
Kepedulian
Keenam butir nilai tersebut ditanamkan melalui semua
mata pelajaran dengan intensitas penanaman lebih dibandingkan penanaman
nilai-nilai lainnya.
a. Pemetaan
Nilai-nilai Karakter untuk Integrasi dalam Mata Pelajaran
Apabila semua nilai tersebut di atas harus ditanamkan dengan intensitas yang sama pada setiap
mata pelajaran, penanaman nilai menjadi sangat berat. Oleh karena itu perlu
dipilih sejumlah nilai utama sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai
lainnya pada setiap mata pelajaran. Dengan kata lain, tidak
setiap mata pelajaran diberi integrasi semua butir nilai tetapi beberapa nilai
utama saja walaupun tidak berarti bahwa nilai-nilai yang lain tersebut tidak
diperkenankan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran tersebut. Dengan demikian
setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman nilai-nilai utama tertentu
yang paling dekat dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Tabel
1.1 menyajikan contoh distribusi nilai-nilai pokok
dan utama ke dalam semua mata
pelajaran.
E.
Pemetaan
Nilai-nilai Karakter untuk Integrasi dalam Mata Pelajaran
Apabila semua nilai tersebut di atas harus ditanamkan dengan
intensitas yang sama pada setiap mata pelajaran, penanaman
nilai menjadi sangat berat. Oleh karena itu perlu dipilih sejumlah nilai utama
sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai lainnya pada setiap mata
pelajaran. Dengan kata lain, tidak setiap mata pelajaran diberi integrasi semua
butir nilai tetapi beberapa nilai utama saja walaupun tidak berarti bahwa
nilai-nilai yang lain tersebut tidak diperkenankan diintegrasikan ke dalam mata
pelajaran tersebut. Dengan demikian setiap mata pelajaran memfokuskan pada
penanaman nilai-nilai utama tertentu yang paling dekat dengan karakteristik
mata pelajaran yang bersangkutan. Tabel 1.1 menyajikan contoh distribusi
nilai-nilai pokok
dan utama ke dalam semua mata pelajaran.
Mata Pelajaran
|
Nilai Utama
|
1. Pendidikan
Agama
|
Religius, jujur, cerdas,
tangguh, peduli, demokratis, santun, disiplin, bertanggung jawab, cinta ilmu,
ingin tahu, percaya diri, menghargai keberagaman, patuh pada aturan sosial,
bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras
|
2. PKn
|
Religius,
jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, nasionalis, patuh pada aturan
sosial, menghargai keberagaman, sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang
lain
|
3. Bahasa
Indonesia
|
Religius, jujur, cerdas,
tangguh, peduli, demokratis, berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif,
percaya diri, bertanggung jawab, ingin tahu, santun, nasionalis
|
4. Matematika
|
Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, berpikir logis, kritis, kerja keras, ingin tahu, mandiri, percaya diri
|
5. IPS
|
Religius,
jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, nasionalis, menghargai
keberagaman, berpikir logis, kritis, kreatif, dan
inovatif, peduli sosial dan lingkungan, berjiwa wirausaha, kerja keras
|
6. IPA
|
Religius, jujur, cerdas,
tangguh, peduli, demokratis, ingin tahu, berpikir
logis, kritis, kreatif, dan inovatif, jujur, bergaya hidup sehat, percaya
diri, menghargai keberagaman, disiplin, mandiri, bertanggung jawab, cinta
ilmu
|
7. Bahasa Inggris
|
Religius, jujur, cerdas,
tangguh, peduli, demokratis, menghargai keberagaman, santun, percaya diri,
mandiri, bekerjasama, patuh pada aturan sosial
|
8. Seni
Budaya
|
Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, menghargai keberagaman, nasionalis, dan menghargai karya orang lain,
ingin tahu, disiplin
|
9. Penjasorkes
|
Religius, jujur,
cerdas, tangguh, peduli, demokratis, bergaya hidup sehat, kerja keras,
disiplin, percaya diri, mandiri, menghargai karya dan prestasi orang lain
|
10.TIK/ Keterampilan
|
Religius, jujur,
cerdas, tangguh, peduli, demokratis, berpikir
logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri, bertanggung jawab, dan
menghargai karya orang lain
|
11. Muatan Lokal
|
Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, menghargai keberagaman, menghargai karya orang lain, nasionalis
|
Tabel
1.1. Contoh Distribusi Nilai-Nilai Utama ke dalam Mata Pelajaran
F.
Pembelajaran yang Mengembangkan
Karakter
Sebagaimana disebutkan di depan, integrasi pendidikan karakter di
dalam proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Di antara
prinsip-prinsip yang dapat diadopsi dalam membuat perencanaan pembelajaran
(merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian dalam silabus, RPP, dan bahan
ajar), melaksanakan proses pembelajaran, dan evaluasi yang mengembangkan
karakter adalah prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang selama ini telah
diperkenalkan kepada guru, termasuk guru-guru SMP seluruh Indonesia sejak 2002.
Pada dasarnya pembelajaran
kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru dalam mengkaitkan
materi pelajaran dengan kehidupan nyata siswa, dan memotivasi siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka.
Pembelajaran kontekstual menerapkan sejumlah prinsip belajar. Prinsip-prinsip tersebut
secara singkat dijelaskan berikut ini.
1.
Konstruktivisme (Constructivism)
Konstrukstivisme adalah teori belajar yang menyatakan
bahwa orang menyusun atau membangun pemahaman mereka terhadap
sesuatu berdasarkan pengalaman-pengalaman baru dan pengetahuan awal dan kepercayaan mereka.
Pemahaman konsep yang mendalam dikembangkan melalui
pengalaman-pengalaman belajar otentik dan bermakna; guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk mendorong
aktivitas berpikirnya. Pembelajaran dikemas menjadi proses ‘mengkonstruksi’
bukan ‘menerima’ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun
sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar
mengajar. Pembelajaran dirancang dalam bentuk siswa bekerja, praktik
mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan,
mendemonstrasikan, menciptakan gagasan, dan sebagainya.
Tugas guru dalam pembelajaran konstruktivis adalah
memfasilitasi proses pembelajaran dengan:
(b)
menjadikan pengetahuan
bermakna dan relevan bagi siswa,
(c)
memberi kesempatan siswa
menemukan dan menerapkan idenya sendiri,
(d)
menyadarkan siswa agar
menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Penerapan teori belajar konstruktivisme dalam
pembelajaran dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir kritis
dan logis, mandiri, cinta ilmu, rasa ingin tahu, menghargai orang lain,
bertanggung jawab, dan percaya diri.
2.
Bertanya (Questioning)
Penggunaan pertanyaan untuk menuntun berpikir siswa lebih
baik daripada sekedar memberi siswa informasi untuk memperdalam pemahaman
siswa. Siswa belajar mengajukan pertanyaan tentang fenomena, belajar bagaimana
menyusun pertanyaan yang dapat diuji, dan belajar untuk saling bertanya tentang
bukti, interpretasi, dan penjelasan. Pertanyaan digunakan guru untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya
berguna untuk:
(a)
menggali informasi, baik
teknis maupun akademis
(b)
mengecek pemahaman siswa
(c)
membangkitkan respon siswa
(d)
mengetahui sejauh mana keingintahuan
siswa
(e)
mengetahui hal-hal yang sudah
diketahui siswa
(f)
memfokuskan perhatian siswa
pada sesuatu yang dikehendaki guru
(g)
menyegarkan kembali
pengetahuan siswa
Pembelajaran
yang menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk menuntun siswa mencapai tujuan
belajar dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir kritis dan
logis, rasa ingin tahu, menghargai pendapat orang lain, santun, dan percaya
diri.
3.
Inkuiri (Inquiry)
Inkuiri adalah proses pembelajaran yang diawali dengan pengamatan dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut
didapat melalui siklus menyusun hipotesis, mengembangkan cara pengujian
hipotesis, membuat pengamatan, dan menyusun teori serta konsep yang berdasar
pada data dan pengetahuan.
Langkah-langkah kegiatan inkuiri:
a)
merumuskan masalah (dalam
mata pelajaran apapun)
b)
Mengamati atau melakukan
observasi
c)
Menganalisis dan menyajikan
hasil dalam tulisan, gambar, laporan,
bagan, tabel, dan karya lain
d)
Mengkomunikasikan atau
menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau yang lain
Pembelajaran yang menerapkan prinsip inkuiri dapat mengembangkan berbagai karakter, antara
lain berfikir kritis, logis, kreatif,
dan inovatif, rasa ingin tahu, menghargai pendapat orang lain, santun, jujur,
dan tanggung jawab.
4.
Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar adalah sekelompok siswa yang terikat
dalam kegiatan belajar agar terjadi proses belajar lebih dalam. Semua siswa
harus mempunyai kesempatan untuk bicara dan berbagi ide, mendengarkan ide siswa
lain dengan cermat, dan bekerjasama untuk membangun pengetahuan dengan teman di
dalam kelompoknya. Konsep ini didasarkan pada ide bahwa belajar secara bersama
lebih baik daripada belajar secara individual.
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses
komunikasi dua arah. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar
memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga
meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Kegiatan saling
belajar ini bisa terjadi jika tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi,
tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang
menganggap paling tahu. Semua pihak mau saling mendengarkan.
Praktik masyarakat belajar terwujud dalam:
(a)
Pembentukan kelompok kecil
(b)
Pembentukan kelompok besar
(c)
Mendatangkan ‘ahli’ ke kelas
(tokoh, olahragawan, dokter, petani, polisi, dan lainnya)
(d)
Bekerja dengan kelas
sederajat
(e)
Bekerja kelompok dengan kelas
di atasnya
(f)
Bekerja dengan masyarakat
Penerapan
prinsip masyarakat belajar di dalam proses pembelajaran dapat mengembangkan
berbagai karakter, antara lain kerjasama, menghargai pendapat orang lain,
santun, demokratis, patuh pada turan sosial, dan tanggung jawab.
5.
Pemodelan (Modeling)
Pemodelan adalah proses penampilan suatu contoh agar
orang lain berpikir, bekerja, dan belajar. Pemodelan tidak jarang memerlukan
siswa untuk berpikir dengan mengeluarkan suara keras dan mendemonstrasikan apa
yang akan dikerjakan siswa. Pada saat pembelajaran, sering guru memodelkan
bagaimana agar siswa belajar. Guru menunjukkan bagaimana melakukan sesuatu untuk mempelajari sesuatu yang baru. Guru
bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
Contoh praktik pemodelan di kelas:
a)
Guru olah raga memberi contoh
berenang gaya kupu-kupu di hadapan siswa
b)
Guru PKn mendatangkan seorang
veteran kemerdekaan ke kelas, lalu siswa diminta bertanya jawab dengan tokoh
tersebut
c)
Guru Geografi menunjukkan
peta jadi yang dapat digunakan sebagai contoh siswa dalam merancang peta
daerahnya
d)
Guru Biologi
mendemonstrasikan penggunaan thermometer suhu badan
Pemodelan
dalam pembelajaran antara lain dapat menumbuhkan rasa ingin tahu, menghargai
orang lain, dan rasa percaya diri.
6.
Refleksi (Reflection)
Refleksi dilakukan agar siswa memikirkan kembali apa yang telah mereka pelajari dan
lakukan selama proses pembelajaran untuk
membantu mereka menemukan makna personal masing-masing. Refleksi biasanya dilakukan pada akhir pembelajaran antara
lain melalui diskusi, tanya-jawab, penyampaian kesan dan pesan, menulis jurnal,
saling memberi komentar karya, dan catatan pada buku harian.
Refleksi dalam pembelajaran antara lain dapat menumbuhkan
kemampuan berfikir logis dan kritis, mengetahui kelebihan dan kekurangan diri
sendiri, dan menghargai pendapat orang lain.
7.
Penilaian otentik (Authentic assessment)
Penilaian autentik sesungguhnya adalah suatu istilah yang
diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif. Berbagai metode
tersebut memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya untuk
menyelesaikan tugas-tugas, memecahkan masalah, atau mengekspresikan
pengetahuannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam
dunia nyata di luar lingkungan sekolah. Berbagai simulasi tersebut semestinya
dapat mengekspresikan prestasi (performance) yang ditemui di dalam
praktek dunia nyata seperti tempat kerja. Penilaian autentik seharusnya dapat
menjelaskan bagaimana siswa menyelesaikan masalah dan dimungkinkan memiliki
lebih dari satu solusi yang benar. Strategi penilaian yang cocok dengan
kriteria yang dimaksudkan adalah suatu kombinasi dari beberapa teknik
penilaian.
Penilaian autentik dalam
pembelajaran dapat mengembangkan berbagai karakter antara lain kejujuran,
tanggung jawab, menghargai karya dan prestasi orang lain, kedisiplinan, dan
cinta ilmu.
G.
Penggunaan BSE untuk Pendidikan
Karakter
1.
Potensi penggunaan BSE dalam pendidikan karakter
Buku-buku
pelajaran SMP yang telah masuk dalam daftar BSE memenuhi kelayakan isi,
penyajian, bahasa, dan grafika. Dalam hal isi, setiap BSE memuat semua SK/KD
sebagaimana ditetapkan melalui Permen Diknas 22/2006 dengan cakupan dan
kedalaman pembahasan yang memadai. Selanjutnya isi/materi disajikan dan/atau
dibelajarkan melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Banyak
di antara kegiatan-kegiatan pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai
pelaku pembelajaran yang aktif. Bahasa untuk menyajikan materi merupakan bahasa
Indonesia yang baku, sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa SMP, dan
gagasan/pesan disajikan secara koheren. Dari sisi grafika, BSE memenuhi
berbagai ketentuan kegrafikaan. Selain itu, BSE pada umumnya tidak bias gender,
mengembangkan keberagaman/kebhinekaan, serta jiwa kewirausahaan.
Memperhatikan
ciri-ciri tersebut di atas, BSE memiliki potensi yang sangat besar untuk
digunakan mengembangkan karakter peserta didik secara terpadu dalam
pembelajaran. Hanya dengan melakukan sejumlah revisi, buku-buku tersebut dapat
digunakan untuk melaksanakan pendidikan karakter secara terintegrasi dalam
pembelajaran.
2. Strategi umum penggunaan BSE untuk
pendidikan karakter
Di depan disebutkan bahwa BSE
memiliki potensi yang sangat besar untuk digunakan mengembangkan karakter
peserta didik secara terpadu dalam pembelajaran. Dengan melakukan adaptasi
seperlunya, buku-buku pelajaran yang telah masuk daftar BSE akan dengan efektif
memfasilitasi peserta didik memperoleh pengetahuan, mengembangkan keterampilan/kecakapan,
dan membangun karakter. Berikut empat jenis adaptasi yang dapat dilakukan.
Adaptasi jenis a, b, c, dan d berturut-turut dari yang paling dianjurkan ke
yang kurang dianjurkan.
a. Adaptasi lengkap sebelum
pembelajaran dilaksanakan
Adaptasi jenis ini melibatkan revisi dalam tiga aspek sekaligus,
yaitu isi, kegiatan pembelajaran, dan teknik evaluasi dari bahan ajar. Revisi
(misalnya penambahan isi, reformulasi dan/atau penambahan kegiatan
pembelajaran, penambahan dan/atau perubahan teknik evaluasi) dilakukan secara
tertulis pada bahan ajar yang direvisi.
Setelah revisi selesai bahan ajar tersebut dicetak dan diberikan kepada siswa.
b. Adaptasi sebagian/parsial sebelum
pembelajaran dilaksanakan
Adaptasi jenis ini melibatkan revisi dalam satu atau dua dari tiga aspek
berikut: isi, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi dari bahan ajar. Revisi
(misalnya penambahan isi, atau reformulasi dan/atau penambahan kegiatan
pembelajaran, penambahan dan/atau perubahan teknik evaluasi) dilakukan secara
tertulis pada bahan ajar yang direvisi.
Setelah revisi selesai bahan ajar tersebut dicetak dan diberikan kepada siswa.
c. Adaptasi sebagian/parsial sebelum
pembelajaran dilaksanakan
Adaptasi jenis ini melibatkan revisi dalam satu atau dua dari tiga aspek
berikut: isi, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi dari bahan ajar. Guru membuat
sejumlah adaptasi (misalnya penambahan isi, perubahan atau penambahan kegiatan
pembelajaran, penambahan atau perubahan teknik penilaian) secara tertulis
tetapi pada lembar terpisah, tidak menyatu dengan bahan ajar. Catatan-catatan
pada lembar-lembar terpisah tersebut digunakan oleh guru selama proses
pembelajaran.
d. Adaptasi sebagian/parsial selama
pembelajaran dilaksanakan (isi dan/atau kegiatan pembelajaran dan/atau
evaluasi)
Adaptasi jenis ini mencakup revisi dalam satu atau dua dari tiga aspek berikut: isi, kegiatan
pembelajaran, dan evaluasi dari bahan ajar. Guru membuat sejumlah adaptasi
(misalnya penambahan isi, perubahan atau penambahan kegiatan pembelajaran,
penambahan atau perubahan teknik penilaian) secara spontan selama proses pembelajaran berlangsung.
BAGIAN II: PANDUAN KHUSUS
MATA PELAJARAN BAHASA
INGGRIS
Nilai
karakter yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran untuk semua mata
pelajaran pada dasarnya sama, yaitu nilai karakter manusia dalam berkehidupan,
berketuhanan, dan bersesama. Lebih rinci, nilai karakter itu berkenaan dengan
kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain,
lingkungan, dan bangsa. Artinya, dalam
kehidupan, nilai karakter itu berfungsi mengontrol dan dimanifestasikan dalam hubungan
seseorang dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain, lingkungan alam, dan bangsa.
Demikian pula, nilai karakter untuk mata pelajaran bahasa Inggris
A.
Nilai Karakter untuk Mapel Bahasa Inggris
Sesuai
dengan anjuran yang telah dikemukakan di atas, nilai karakter yang dapat
diitegrasikan dalam mata pelajaran bahasa Inggris terdiri dari beberapa nilai
karakter pokok atau utama. Ketentuan yang berkenaan dengan nilai karakter pokok
atau utama itu bukan berarti membatasi pengenalan, pengembangan, dan pembudayaan
nilai karakter yang lain. Artinya, nilai karakter yang lain, sepanjang
memungkinkan diitegrasikan dalam pembelajaran, juga dianjurkan untuk
dikenalkan, dikembangkan, dan dibudayakan dalam kehidupan nyata peserta didik.
Nilai karakter pokok, dalam hal ini, ialah nilai karakter yang dijadikan
pangkal tolak pengembangan nilai karakter yang lain. Melalui penanaman,
pengembangan, dan pembudayaan nilai karakter pokok ini diharapkan nilai
karakter yang lain dapat dikembangkan pula. Nilai karakter utama ialah nilai
karakter yang diprioritaskan untuk ditanamkan, dikembangkan, dan dibudayakan
bagi dan oleh peserta didik. Beberapa nilai karakter utama juga disebutkan
dalam nilai karakter pokok karena nilai karakter itu merupakan dasar atau
pangkal tolak pengenalan, pengembangan, dan pembudayaan nilai karakter yang
lain.
Satu
hal yang perlu disadari ialah tidak ada nilai karakter kehidupan manusia yang
berdiri sendiri, terpisah satu dengan yang lain. Nilai karakter yang satu dan
nilai karakter yang lain senantiasa saling bersinggungan, tumpang tindih, dan
atau terkait; bahkan nilai karakter yang satu kadang merupakan prasyarat bagi
nilai karakter yang lain; nilai karakter yang satu kadang juga merupakan
manifestasi atau perwujudan dari nilai karakter yang lain.
Untuk
mata pelajaran bahasa Inggris, nilai karakter pokok dan nilai karakter utama
yang dianjurkan untuk diitegrasikan dalam pembelajaran dapat dikemukakan
sebagai berikut.
1.
Nilai
Karakter Pokok dan Indikatornya
Di antara butir-butir nilai
karakter yang dianjurkan untuk diintegrasikan dalam pembelajaran, ada enam
butir nilai yang dipilih sebagai nilai karakter pokok, yaitu nilai karakter
yang menjadi pangkal tolak pengembangan nilai karakter yang lain. Enam nilai
karakter pokok tersebut dapat dirumuskan indikatornya berdasarkan empat
kompetensi keterampilan berbahasa seperti pada tabel berikut.
No
|
Karakter
|
Indikator
|
1
|
Religiusitas
|
Mengawali dan mengakhiri
pelajaran dengan berdoa, memberi ucapan (teks
fungsional pendek) dalam perayaan Lebaran,
Natal, dan kegiatan lain yang sejenis
|
2
|
Kecerdasan
|
Merespon makna dan mengungkapkan pendapat secara runtut, baik secara lisan maupun tertulis.
|
3
|
Kesantunan
|
Menggunakan ungkapan dengan santun
disertai gerak tubuh yang sesuai.
|
4
|
Kejujuran
|
Mengungkapkan fakta secara benar.
|
5
|
Percaya diri
|
Menggunakan bahasa secara benar, lancar, tidak ragu-ragu
dengan bahasa tubuh yang wajar.
|
6
|
Kepedulian
|
Menyapa orang-orang di
sekitarnya, meminta maaf, mengucapkan terima kasih dengan ungkapan yang santun
dalam interaksi interpersonal, mengungkapkan rasa peduli terhadap kelestarian
lingkungan yang ditunjukkan dalam teks fungsional pendek.
|
7
|
Kerjasama
|
Melakukan diskusi secara
berpasangan atau curah pendapat dalam kelompok maupun kelas pada setiap proses pembelajaran.
|
8
|
Menghargai keberagaman
|
Memberi
pujian atas hasil kerja teman, dan menerima adanya perbedaan pendapat dalam
kegiatan pembelajaran.
|
9
|
Ketangguhan
|
Berupaya
untuk belajar dari kesalahan demi perbaikan dan pencapaian hasil belajar yang
lebih baik.
|
10
|
Demokrasi
|
Bersedia mendengarkan
, meminta dan mengungkapkan pendapat.
|
11
|
Kemandirian
|
Menyelesaikan
tugas-tugas secara bertanggung-jawab dan dengan usaha sendiri.
|
12
|
Kepatuhan pada aturan sosial
|
Mentaati
peraturan-peraturan yang ditulis dalam bahasa Inggris di lingkungan sekolah.
|
Untuk lebih jelasnya, secara umum, paparan nilai-nilai utama karakter dan budaya
bangsa tersebut di atas selanjutnya dapat dicerminkan, antara lain pada saat memformulasikan
indikator dan mengembangkan bahan ajar. Berikut ini adalah beberapa contoh pengintegrasian masing-masing nilai karakter
pada indikator dan bahan ajar dalam mata pelajaran Bahasa Inggris.
Contoh-contoh Pengintegrasian Nilai-nilai Karakter
Utama
Pada bagian ini disajikan beberapa contoh pengintegrasian
nilai-nilai karakter seperti kesantunan, kejujuran, kepercayaan diri, kepedulian
sosial, tanggung jawab, kecerdasan, kerjasama, upaya menghargai keberagaman dan nilai demokrasi, pada indikator dan selanjutnya direfleksikan pada
latihan atau aktivitas pembelajaran bahasa Inggris (bahan ajar).
1.
Kesantunan
Indikator : merespon dan mengungkapkan kesantunan
Bahan ajar : Please open the door (ungkapan kesantunan)
2.
Kejujuran
Indikator : meminta dan memberi informasi yang benar
Bahan ajar : Where is the post office? (asking direction)
3.
Kepercayaan diri
Indikator : membaca nyaring dengan lafal dan intonasi yang benar
Bahan ajar : Read
the text aloud (misalnya dengan memberikan teks tulis
berbentuk deskriptif)
4.
Kepedulian sosial
Indikator : menyapa orang yang sudah/belum dikenal
Bahan ajar : Ungkapan sapaan seperti “Hello”, Good morning” dan
seterusnya.
5. Religiusitas
Indikator : mengungkapkan rasa simpati secara tertulis pada
persitiwa
keagamaan. (menulis
greeting cards)
Bahan ajar : Ungkapan simpati dan teks greeting, misalnya
“Happy
Lebaran Day”, “ Merry Christmas”
6.
Kecerdasan (berpikir logis, kritis dan kreatif)
Indikator : melakukan
monolog dalam bentuk deskriptif
Bahan ajar : Tell your friends about the food you prefer most.
7.
Kerjasama
Indikator : melakukan
percakapan secara berpasangan
Bahan ajar : Make a conversation and perform it in pair
8. Penghargaan terhadap keberagaman
Indikator : memajang
hasil karya tulis untuk diapresiasi/dikomentari
Bahan ajar : Please put the result of your
discussion on the wall and let your
friends give critical comments.
9.
Demokrasi
Indikator : meminta
pendapat
Bahan ajar : What do you think about ...?
Selanjutnya akan dipaparkan pengintegrasian nilai-nilai utama dan nilai-nilai pokok
pendidikan karakter untuk mata pelajaran
Bahasa Inggris, khususnya dalam aspek “perangkat pembelajaran” seperti silabus,
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan “adaptasi buku sekolah elektronik (BSE)”.
B. Kegiatan
Pembelajaran yang Mengembangkan Karakter pada Pembelajaran Bahasa Inggris Kelas
VII
Kegiatan pembelajaran diawali dengan perencanaan perangkat pembelajaran
seperti mengembangan silabus berdasarkan Standar Isi yang kemudian dituangkan
dalam bentuk RPP untuk mengimplementasikan kegiatan pembelajaran di kelas.
Silabus dan RPP yang telah dikembangkan sebelumnya dan belum bermuatan
nilai-nilai pendidikan karakter dapat diadaptasi sesuai dengan usia tumbuh
kembang peserta didik.
Perlu dipahami bahwa pengintegrasian nilai-nilai
karakter dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu (1) menambah kolom khusus
dengan sub judul “Karakter” dalam silabus; (2) dengan menambahkan nilai
karakter yang akan diimplementasikan pada “indikator”, dan (3) pada “kegiatan pembelajaran” dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau (4) mengadaptasi BSE secara lengkap atau
parsial sebelum pembelajaran dilaksanakan atau selama pembelajaran
dilaksanakan. Berikut ini disajikan contoh
pengintegrasian nilai-nilai pendidikan karakter dalam Silabus dan RPP Mapel
Bahasa Inggris kelas VII.
B.1 Pengintegrasian Nilai
Karakter dalam Silabus
Silabus Bahasa Inggris Kelas VII Semester I
yang dicontohkan berikut ini, fokus pada “berbicara”, telah mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan
karakter yang seharusnya ditanamkan untuk peserta didik yang meliputi kejujuran, kesantunan dan rasa percaya diri, yaitu dengan
menambahkan kolom “Karakter”, yang disisipkan setelah “Kompetensi Dasar”.
Untuk penjelasan lebih lanjut, lihat lampiran
yang memaparkan secara rinci pengintegrasian nilai-nilai pendidikan
karakter dalam Silabus Mapel Bahasa Inggris kelas VII Semester I dan II untuk
keempat standar kompetensi: mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
Silabus pembelajaran
Satuan Pendidikan : SMP
Kelas : VII
(Tujuh)
Semester : 1
(Satu)
Mata Pelajaran :
Bahasa Inggris
Standar Kompetensi
: 1. Mendengarkan
Memahami
makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal sangat sederhana untuk
berinteraksi dengan lingkungan terdekat
Kompetensi
Dasar
|
Karakter
|
Materi Pembelajaran
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Indikator Pencapaian Kompetensi
|
Penilaian
|
Alokasi
Waktu
|
Sumber
Belajar
|
||
Teknik
Penilaian
|
Bentuk
Instrumen
|
Contoh
Instrumen
|
|||||||
9.2 Mengungkap-kan makna dalam percakapan transaksional (to get things done)& interpersonal
(bersosialisai) sangat sederhana dengan mengguna-kan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan
lingkungan terdekat yang melibatkan tindak tutur : meminta dan memberi pendapat, menyatakan suka dantidak suka, meminta klarifikasi, merespon
secara interpersonal
|
Jujur
Kesantunan
Percaya diri
|
1. Percakapan singkat memuat ungkapan-ungkapan :
Contoh :
Asking for and giving
opinion
A: What do you
think?
B: Not bad
Likes and dislikes
A: I like tea.
B: I do too. But I
dont
like milk
A: But I do!
Asking for
clarification
A : What did you
say ?
B : I said ….
Responding
interpersonally
A: Are you?
B :
Yes, I am
2. Tata Bahasa
Verb : Like, need, want
3. Kosa kata
·
Daily needs
·
Kata terkait jenis
teks
4. Ungkapan Baku
·
Not bad.
·
Great!
|
1. Language games dan
kegiatan interaktif yang berkaitan dengan kosa kata dan tata bahasa terkait
dengan tindak tutur : meminta dan member pendapat dengan jujur, menyatakan suka dan tidak suka, meminta dan member
klarifikasi dengan santun dan merespon secara interpersonal
2.
Berlatih
mengucapkan tindak tutur tersebut dengan ucapan dan intonasi yang benar.
3. Mendengar-kan model percakapan dan menirukannya dengan tepat
4. Melakukan percakapan transaksional dan interpersonal menggunakan tindak
tutur tersebut secara berpasangan tentang
percakapan yg didengar.
|
1. Melakukan dialog
pendek menggunakan ungakapan-ungakapan: Meminta dan memberi pendapat dengan jujur, menyatakan suka dan
tidak suka, meminta dan memberi klarifikasi dengan santun dan, merespon secara interpersonal
2. Memberikan jawaban singkat dengan menggunakan ungakapan-ungakapan:
Meminta dan memberi pendapat dengan
jujur, menyatakan suka dan tidak suka, meminta dan memberi klarifikasi dengan santun dan, merespon secara
interpersonal
3. Bermain peran dengan
penuh percaya diri menggunakan ungakapan-ungakapan: Meminta
dan memberi pendapat dengan jujur, menyatakan
suka dan tidak suka, meminta dan memberi klarifikasi dengan santun dan, merespon secara interpersonal
|
Unjuk kerja
Unjuk kerja
Unjuk kerja
|
Short
dialogue
Short
answer
Bermain peran
|
1. Take turns to ask for and give opinions about each of
the jobs below. Do it in pairs.
2. Respond to the following expressions orally!
3. Make a role-play based on the following situations
|
2x40
menit
|
Script dari buku BSE
Bahan-bahan
rekaman (kaset, CD, VCD)
Media
lain yang relevan
|
Di samping pengintegrasian nilai pendidikan karakter
dalam silabus di atas, terdapat kemungkinan lain untuk menanamkan nilai-nilai
tersebut, yaitu dengan mengintegrasikannya dalam komponen RPP seperti contoh
berikut.
B.2 Pengintegrasian
Nilai Karakter dalam RPP
Selanjutnya, contoh
RPP bahasa Inggris Kelas VII dengan fokus “berbicara”yang telah disisipi
nilai pendidikan karakter yang sesuai dengan karakter pembelajaran bahasa
Inggris disajikan sebagai berikut.
Dalam contoh di atas pengintegrasian nilai
karakter terdapat pada kompetensi dasar yang berbunyi “... melibatkan tindak
tutur: meminta dan memberi pendapat, menyatakan suka dan tidak suka, meminta klarifikasi dan merespon secara interpersonal”. Nilai karakter yang diintegrasikan
adalah kejujuran,
kesantunan dan percaya diri. Integrasi nilai karakter tersebut tercermin dalam tujuan pembelajaran seperti berikut:
·
“ ... meminta
dan memberi pendapat dengan jujur”
·
“ ... meminta klarifikasi dengan santun”
Nilai karakter dalam contoh di atas diajarkan
secara integratif dalam substansi materi. Selain nilai yang terdapat dalam
bahan ajar, terdapat nilai lain yang diajarkan melalui serangkaian kegiatan
pembelajaran sebagaimana terlihat dalam kutipan di atas. Penjelasan lebih
lanjut dapat dilihat pada lampiran yang memaparkan secara rinci pengintegrasian
nilai-nilai pendidikan karakter dalam RPP Mapel Bahasa Inggris kelas VII Semester
I dan II untuk keempat standar kompetensi: mendengarkan, berbicara, membaca dan
menulis.
Strategi lain yang dapat diimplementasikan untuk
mengintegrasikan nilai-nilai karakter adalah mengadaptasi isi, metode
pembelajaran, bahasa, dan grafika dalam BSE.
C. Penggunaan BSE Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Pendidikan Karakter
Bagian ini menjabarkan gambaran umum BSE Mapel Bahasa Inggris yang
didasarkan pada hasil analisis isi yang meliputi aspek isi, metode pembelajaran, bahasa, dan grafika, serta potensi BSE untuk pendidikan karakter.
C.1 Gambaran Umum BSE Mata Pelajaran
Bahasa Inggris
BSE terbitan Pusat Perbukuan Pendidikan Nasional (disingkat Pusbuk) tahun
2008 dianalisis berdasarkan 4 (empat) aspek: isi, metode pembelajaran, bahasa
dan grafika. Hasil analisis menunjukkan bahwa:
(1) Isi BSE mata pelajaran Bahasa Inggris telah dikembangkan sesuai
dengan Standar Isi yang memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
mencakup keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Secara
rinci, bahan ajar untuk keterampilan “mendengarkan” memiliki kecukupan untuk
mengembangkan kompetensi merespon makna teks transaksional/interpersonal, teks fungsional pendek dan monolog dalam bentuk deskripsi dan
prosedur; bahan ajar untuk keterampilan
“berbicara” memiliki kecukupan untuk mengembangkan kompetensi mengungkapkan
makna teks transaksional/interpersonal,
teks fungsional pendek dan
monolog dalam bentuk deskripsi dan prosedur; bahan ajar untuk keterampilan “membaca” memiliki kecukupan untuk mengembangkan
kompetensi merespon makna teks fungsional pendek dan esei dalam bentuk deskripsi dan prosedur; dan bahan ajar untuk
keterampilan “menulis” memiliki
kecukupan untuk mengembangkan kompetensi mengungkapkan makna teks fungsional
pendek dan esei dalam bentuk
deskripsi dan prosedur. Isi BSE tersebut juga memiliki kecukupan bahan ajar
terkait dengan leksiko gramatika, struktur teks serta fungsi komuniktif teks
yang relevan.
(2) Metode pembelajaran mengaplikasikan
prinsip-prinsip pembelajaran aktif seperti peserta didik diberi pengalaman
untuk berdiskusi secara berpasangan atau berkelompok, melakukan kegiatan untuk
memperoleh pengalaman pribadi, mengkontruksikan apa yang dialami, melakukan
inkuiri dsb.
(3) Bahasa yang dipakai untuk “instruksi”
bersifat bilingual untuk Kelas VII Semester I dan monolingual untuk Semester
II. Di samping itu, pemakaian bahasa bersifat formal dan informal serta
komunikatif. Penggunaan bahasa sesuai dengan
tingkat literasi peserta didik SMP, yakni tingkat fungsional yang
tercermin pada banyaknya fungsi-fungsi komunikatif bahasa yang dipelajari.
(4) Grafika dalam buku elektronik tersebut
cukup bermakna dan otentik, misalnya untuk mengungkapkan pendapat tentang
profesi, dipaparkan berbagai gambar profesi otentik.
(5) Untuk BSE dengan judul “Scaffolding” misalnya, telah terdapat muatan nilai karakter pada bagian-bagian tertentu sehingga tidak perlu
diadaptasi. Sebagai contoh:
Strategi lain yang dapat dilakukan oleh guru
adalah mengadaptasi bahan ajar bahasa Inggris yang telah ada di pasaran atau
dunia maya (Buku Sekolah Elektronik/BSE) dan mengintegrasikan nilai-nilai karakter
yang sesuai dengan pembelajaran bahasa Inggris. Berikut in cuplikan beberapa contoh
umum cara mengadaptasi bahan ajar dari
BSE yang semula belum dimuati nilai-nilai karakter untuk peserta didik SMP. Sedangkan contoh secara khusus unit-unit bahan ajar dari BSE mata pelajaran
Bahasa Inggris untuk pengintegrasian pendidikan karakter akan dipaparkan lebih
lanjut pada Bagian C2.
Contoh Umum (dari BSE Kelas
VII Semester 1)
A. Listen to the
dialogues from the tape. Complete the dialogues while you are listening (belum
ada muatan nilai karakter).
1. Father: Could you turn off the light,
Edi?
Edi
: Of course.
2. Kasih: Did you see my novel?
Mila
: I lost it yesterday.
A1. Listen to the dialogues from the tape. Complete the
dialogues while you are listening. Then, perform one of the short dialogues
with your partner (terdapat muatan nilai karakter).
1. Father: Could
you turn off the light, Edi?
Edi
: Of course.
2. Kasih: Did you
see my novel?
Mila
: I lost it yesterday
Dari contoh diatas nampak adanya
perubahan instruksi pada Latihan A dan A1,
yaitu instruksi pada Latihan A belum ada muatan nilai
karakter, sedangkan instruksi Latihan A1 memuat
nilai karakter “kerjasama” yang dinyatakan dalam ungkapan “..... with your partner”.
References:
Agustien, Helena, et.al. (2004). Materi Pelatihan Terintegrasi
Bahasa Inggris (Vol. 1).
Jakarta: Depdiknas
-----------(2004). Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Inggris (Vol.
2).
Jakarta: Depdiknas.
Priyana,
Joko. (2002).
Developing EFL Task-Based Language Instruction in an Indonesian Primary School
Context.
Unpublished Dissertation.
---------
(2008). Scaffolding SMP VII. Jakarta:
BSNP
Tomlinson,
B. (Ed.). 1998. Materials Development in Language Teaching. Cambridge:
Cambridge University Press.
Pasal 3 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional
LAMPIRAN
1. Silabus Pelajaran Bahasa Inggris SMP kelas VII
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) keterampilan Speaking untuk kelas
VII
Tidak ada komentar:
Posting Komentar